Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APBN 2018 Dianggap Populis, Apa Penjelasan Sri Mulyani?

Kompas.com - 26/10/2017, 07:35 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani membantah anggapan beberapa pihak yang menyebut Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 populis dan bertujuan untuk menyukseskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden 2019.

Menurut dia, APBN merupakan sebuah instrumen kebijakan untuk menyejahterakan masyarakat.

"Jadi semua belanja (pemerintah) kalau tidak (dilakukan) di tahun politik, tidak dianggap? Padahal PKH (Program Keluarga Harapan) sebelum tahun politik juga sudah ada, tapi tidak dianggap populis," kata Sri Mulyani, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2017).

Sri Mulyani menjelaskan, fokus Presiden Jokowi sesuai dengan konsep Nawacita adalah pemerataan pembangunan dan kesejahteraan manusia semaksimal mungkin.

(Baca: Gerindra Tolak Pengesahan APBN 2018, Ini Alasan-alasannya)

Oleh karena itu, Jokowi mulai membangun infrastruktur dari pinggiran dan mengganti makna "Jawasentris" dengan "Indonesiasentris".

Sri Mulyani menegaskan, kesejahteraan masyarakat merupakan kewajiban tiap presiden terpilih, termasuk Jokowi.

"Selama itu dilakukan menggunakan instrumen yang prudent dan bisa sustainable, ya memang itu kewajiban Presiden yang dipilih oleh rakyatnya," kata Sri Mulyani.

Adapun salah satu concern dan sering dikampanyekan oleh Jokowi adalah mendorong kesejahteraan masyarakat dan pengurangan kemiskinan.

Aspek tersebut juga termasuk dalam APBN. Untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan memberi jaminan pendidikan, kesehatan, akses air bersih, listrik, dan lain-lain kepada masyarakat.

"Kalau kita lihat ada anggaran untuk operasional puskesmas, sekolah, beasiswa, tunjangan tenaga guru di tempat terpencil itu tidak populis, itu kewajiban pembangunan. Gambaran bagaimana kami mau membangun Indonesiasentris," kata Sri Mulyani.

Sedangkan dari sisi alokasi subsidi, saat ini pemerintah tengah memperbaiki adminiatrasinya. Pemerintah harus dapat mengalokasikan dan mengadministrasikan subsidi dengan tepat sasaran.

Contohnya adalah alokasi subsidi melalui sistem non tunai, serta alokasi dana desa untuk usaha kecil menengah (UKM).

Pada kesempatan itu, mantan Direktur Bank Dunia tersebut juga menyampaikan untuk dapat membangun 10 destinasi pariwisata, anggaran tidak terpusat di Kementerian Pariwisata.

Namun juga dialokasikan ke Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian ESDM.

Sebab yang dibutuhkan adalah akses listrik, ketersediaan jalan, pembangunan bandara, dan lain-lain.

Kemudian Kementerian Pariwisata-lah yang melakukan pemasaran dan menggelar acara untuk mengangkat destinasi pariwisata tersebut.

"Jadi ini maksudnya apa, saya ingin menyampaikan, tema APBN Pak Jokowi dan Jusuf Kalla adalah kerja, kerja, kerja bersama dan menggunakan seefektif mungkin sesuai tema Indonesiasentris," kata Sri Mulyani.

APBN 2018

Sebelumnya, DPR mengesahkan APBN 2018 dengan anggaran belanja negara mencapai Rp 2.220,6 triliun dan target pendapatan negara sebesar Rp 1.894 triliun.

Anggaran belanja itu terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.454 triliun dan transfer daerah serta dana desa sebesar Rp 766,1 triliun.

Adapun asumsi dasar APBN 2018 adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen, inflasi sebesar 3,5 persen, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 13.400, tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,2 persen.

Kemudian harga minyak 48 dolar AS per barel, lifting minyak 800.000 barel per hari, dan lifting gas bumi 1,2 juta barel setara minyak per hari.

Sedangkan target pembangunan 2018 adalah 5,0-5,3 persen tingkat pengangguran, 9,5-10 persen tingkat kemiskinan, indeks gini rasio 0,38, dan indeks pembangunan manusia 71,50.

Sementara itu target pendapatan negara dalam APBN 2018 terdiri dari pendapatan dalam negeri sebesar Rp 1.893 triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp 1,1 triliun. Dengan demikian, disepakati besaran defisit pada APBN 2018 adalah 2,19 persen dari PDB atau sebesar Rp 325,9 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com