Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debenhams Tutup Menambah Jumlah Gerai Ritel yang "Gugur", Ini 5 Berita Populer Ekonomi

Kompas.com - 27/10/2017, 07:30 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah peritel besar menutup gerai-gerainya yang dinilai kurang berkembang. Masih hangat ingatan penutupan gerai Matahari, Ramayana, kemudian Lotus di Thamrin dan kemudian akan menyusul yakni penutupan gerai Debenhams di akhir tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat gerai-gerai ritel berjatuhan. Sri Mulyani berjanji akan mencari tahu penyebab di balik tutupnya gerai Lotus Thamrin.

Menurut Sri Mulyani, alasan ritel modern menutup gerainya bisa saja disebabkan oleh rencana transformasi ke online. Hal itu menyusul perkembangan ekonomi digital.

Pemerintah, tutur Sri Mulyani, menilai sektor ritel sebagai salah satu sektor yang penting bagi ekonomi. Sebab sektor tersebut berhubungan langsung dengan kebutuhan konsumsi masyarakat.

(Baca: Menkeu Telisik Penyebab Tutupnya Gerai Ritel Modern Lotus)

Meski banyak gerai ritel berguguran, Gubernur Bank Indonesia ( BI) Agus Martowardojo justru mengungkapkan, angka penjulan ritel mengalami kenaikan sebesar 5 persen hingga kuartal III 2017. Hal itu sekaligus membantah anjloknya penjulan ritel.

BI juga membantah anjloknya penjualan ritel disebabkan menurunnya daya beli atau isu perlambatan ekonomi. Sebab dari data BI, justru pembelian mobil dan rumah malah membaik.

Hal senada juga dikatakan oleh Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmojo. Menurut dia, gerai ritel berguguran karena persaingan industri ritel memang terus berlangsung ketat, ditambah dengan banyaknya pemain atau pelaku usaha yang bersaing pada sektor ritel di Indonesia.

(Baca: Dirut Bank Mandiri: Gerai Ritel Berguguran Bukan akibat Pelemahan Daya Beli)

Di sisi lain, bos Tokopedia, William Tanuwijaya membantah jika gerai ritel berjatuhan gara-gara naiknya platform e-commerce.

Menurut dia, transaksi online baru 1 persen dari total (transaksi) ritel saat ini. Sehingga yang harus dicermati adalah kondisi makro ekonomi atau bisnis-bisnis tertentu.

Sementara itu, Kepala Divisi Pajak, Infrastruktur dan Keamanan Cyber Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Bima Laga mengungkapkan, perubahan pola belanja masyarakat yang sudah condong kepada dunia digital, perlu diantisipasi lebih cepat oleh pelaku usaha ritel.

Menurutnya, jika pelaku usaha ritel melihat pergeseran pola belanja masyarakat tersebut, maka akan mendapatkan momentum yang baik saat pertumbuhan e-commerce terus meningkat.

Berikut lima berita populer di kanal ekonomi Kompas.com pada Kamis (27/10/2017) yang bisa Anda simak kembali hari ini.

1. Akhir Tahun, MAP Pastikan Tutup Gerai Ritel Debenhams

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) memastikan akan menghentikan secara total operasional toko ritel Debenhams di Indonesia pada akhir tahun 2017.

Hal ini dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi usaha perseroan menyusul tinjauan strategis pada bulan Juni 2017 lalu.

Sebelumnya, MAP juga mengumumkan rencana untuk menghentikan operasional Lotus Department Store pada akhir bulan Oktober 2017.

Baca selengkapnya di sini: Akhir Tahun, MAP Pastikan Tutup Gerai Ritel Debenhams

2. Gerai Ritel Berguguran, Bos Tokopedia Bantah E-Commerce Penyebabnya

Chief Executive Officer (CEO) Tokopedia William Tanujaya menyatakan, tidak benar bila anggapan perkembangan e-commerce tanah air membuat bisnis ritel konvensional semakin meredup.

"Setiap hari pasti banyak toko-toko yang tutup, tapi banyak toko-toko yang buka juga," ujar William saat acara Forum Ekonomi, kerja sama antara Bank Indonesia dan Harian Kompas di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (26/10/2017).

Selengkapnya baca di sini: Gerai Ritel Berguguran, Bos Tokopedia Bantah E-Commerce Penyebabnya

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) didampingi Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo (kiri) menyampaikan pendapatnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/9). Rapat itu membahas utang pemerintah.ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) didampingi Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo (kiri) menyampaikan pendapatnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/9). Rapat itu membahas utang pemerintah.
3. Pemerintah Naikkan Uang Lauk Pauk TNI/Polri

Pemerintah meningkatkan uang lauk pauk bagi personel TNI/Polri sebesar Rp 5.000, dari Rp 55.000 menjadi Rp 60.000 tiap harinya.

Kenaikan uang lauk pauk ini telah disepakati pemerintah bersama DPR dan tercantum dalam Undang-undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018.

Selanjutnya baca di sini:Pemerintah Naikkan Uang Lauk Pauk TNI/Polri

4. APBN 2018 Dianggap Populis, Apa Penjelasan Sri Mulyani?

Menteri Keuangan Sri Mulyani membantah anggapan beberapa pihak yang menyebut Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 populis dan bertujuan untuk menyukseskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden 2019.

Menurut dia, APBN merupakan sebuah instrumen kebijakan untuk menyejahterakan masyarakat.

Baca ulasannya di sini:APBN 2018 Dianggap Populis, Apa Penjelasan Sri Mulyani?

5. Jangan Anggap Sepele Nampan Plastik Bagasi di Bandara...

Sempat punya pengalaman koper penyok setelah keluar dari bagasi pesawat? Biasanya, pihak pertama yang disalahkan adalah petugas ground handling bandara.

Namun nanti dulu. Tidak semua koper penyok karena perlakukan buruk petugas ground handling. Bisa jadi, koper anda penyok karena tidak di masukan ke nampan plastik alias tray di counter check in.

Baca kelanjutannya di sini:Jangan Anggap Sepele Nampan Plastik Bagasi di Bandara...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com