Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Kamboja, Beli Air Mineral Saja Pakai Dollar AS...

Kompas.com - 02/11/2017, 05:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Awal pekan ini saya baru kembali dari liburan selama sepekan ke Kamboja dan Thailand.

Tujuan saya sebenarnya menyaksikan prosesi kremasi mendiang raja Thailand Bhumibol Adulyadej akhir pekan lalu, namun saya memutuskan untuk singgah selama sehari dulu di Phnom Penh, Kamboja.

Idealnya sebelum bepergian ke luar negeri adalah menyiapkan diri dengan menukarkan uang rupiah ke mata uang negara tujuan.

Namun, karena di tempat-tempat penukaran valuta asing di Indonesia tidak menyediakan mata uang riel Kamboja, saya memilih untuk membawa uang dollar AS untuk kemudian ditukarkan sesampainya di Phnom Penh.

Selesai pengecekan imigrasi di Bandara Internasional Phnom Penh, saya menukarkan 50 dollar AS menjadi sekitar 195.000 riel Kamboja. Setelah itu, saya membeli kartu perdana prabayar untuk kemudahan komunikasi, yang kemudian adalah awal dari keterkejutan saya.

Harga kartu prabayar yang saya beli adalah 3 dollar AS atau setara sekitar Rp 40.000. Ya, saya harus membayar dengan dollar AS dan padahal saya mengantongi ratusan ribu riel Kamboja.

Tanpa bertanya, saya membayar. Kemudian, saya menumpang bis menuju Central Market Phnom Penh tujuan saya, kali ini saya juga harus membayar 3 dollar AS.

Sepanjang perjalanan, pada hampir setiap toko yang saya lewati, terdapat papan harga dengan dollar AS. Terus terang saya bingung, karena ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di negeri Khmer tersebut.

Selanjutnya, hampir semua transaksi dibayar dengan dollar AS. Membayar uang deposit hostel, membeli air mineral dan cemilan, makan, membeli suvenir, membeli obat mata, membeli air mineral, membayar tiket bis, hingga membayar jasa "ojek" menuju pos perbatasan Kamboja-Thailand.

Untuk informasi saja, 1 dollar AS setara dengan 4.000 riel Kamboja. Kalau saya ingin membayar barang atau jasa dengan riel Kamboja, saya harus bilang dulu kepada sang penjual, lalu ia akan mengonversikan.

24 jam yang saya habiskan di Kamboja adalah sebuah pengalaman baru. Satu-satunya transaksi yang sepenuhnya saya lakukan dengan riel Kamboja tanpa meminta dikonversikan terlebih dulu adalah ketika membeli roti tradisional seharga 1.000 riel.

Berdasarkan referensi saya baca, dollar AS pertama kali hadir dan digunakan di Kamboja pada tahun 1992 silam. Kala itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) hadir di Kamboja dalam operasi United Nations Transitional Authority in Cambodia (UNTAC).

Dollar AS dibawa dan masuk ke dalam perekonomian Kamboja dalam jumlah yang sangat besar. Pada saat itu, kondisi tersebut menguntungkan saja bagi Kamboja lantaran mata uang riel belum terlalu kuat dan inflasi cukup tinggi.

Namun demikian, hingga kini penggunaan dollar AS sudah mengakar begitu kuat di Kamboja. Praktik dual-currency atau dwi mata uang antara dollar AS dan riel tidak terelakkan dan seluruh lapisan masyarakat sudah begitu terbiasa menggunakan dollar AS dalam setiap transaksi.

Bahkan, di daerah perbatasan, tiga mata uang lazim digunakan, yakni dollar AS, riel, dan baht Thailand. Ini saya alami sendiri di Poi Pet, ketika akan melewati pos perbatasan Kamboja dan Thailand, di mana petugas imigrasi Kamboja meminta 100 baht sebelum mengecap visa keluar saya.

Data yang dikutip dari laman Wharton School University of Pennsylvania menyebut, pada tahun 2015 saja penggunaan dollar AS mencakup 83 persen dari total transaksi di Kamboja. Dollar AS bahkan mencakup lebih dari 90 persen total simpanan di perbankan.

Di satu sisi, penggunaan dollar AS membuat Kamboja menjadi destinasi menarik bagi investasi asing. Selain itu, kondisi ekonomi negara itu juga menjadi lebih stabil setelah dilanda konflik sipil.

Namun demikian, praktik tersebut juga membuat Kamboja lebih rentan terhadap perubahan pada perekonomian internasional. Selain itu, masifnya penggunaan dollar AS juga membuat bank sentral Kamboja menjadi sulit untuk menerbitkan kebijakan moneter yang efektif.

Kompas TV Teodor Van Erp, seorang ahli bangunan asal Belanda menyusun kembali bentuk Borobudur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com