Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Menakar Potensi Terjadinya Krisis Keuangan 10 Tahunan di 2018

Kompas.com - 06/11/2017, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang terhadap dollar AS dapat dipengaruhi banyak hal, baik dari Indonesia ataupun dari AS ataupun kondisi regional mulai dari kondisi inflasi, kebijakan suku bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi, arus dana masuk keluar ke investasi riil dan investasi pasar modal, intervensi bank sentral, hingga berbagai faktor lainnya.

Secara teori, dua faktor terpenting dalam nilai tukar adalah tingkat inflasi dan suku bunga. Inflasi yang tinggi akan memicu melemahnya nilai tukar mata uang suatu negara sehingga suku bunga perlu dinaikkan untuk meredam agar nilai tukar mata uang tetap terjaga.

Sebagai perbandingan, tingkat inflasi dan suku bunga serta beberapa indikator makro ekonomi penting untuk tahun 1998, 2008, 2015 dan 2017 adalah sebagai berikut :

Rudiyanto/Diolah tabel krisis

Dari data perbandingan yang ada, bisa dilihat bahwa secara makro ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih solid dibandingkan dengan kondisi tahun 1998, 2008 dan 2015.

Tingkat inflasi rendah dan terkendali, besaran BI Rate juga lebih kecil, kredit bermasalah di perbankan juga jauh lebih rendah, dan cadangan ekonomi Indonesia mencatat tertinggi dalam sejarah.

Walaupun nilai hutang luar negeri meningkat, sebagian dari hutang tersebut dipergunakan untuk pembangungan infrastruktur yang dapat memberikan manfaat ekonomi dalam jangka panjang.

Selain itu, pendapatan PDB juga meningkat, sehingga secara rasio kemampuan untuk melakukan pembayaran juga meningkat.

Dengan mempertimbangkan kondisi di atas dan tahun 2018 merupakan tahun politik, seharusnya potensi nilai tukar rupiah akan melemah terhadap dollar AS secara signifikan seperti tahun 1998, 2008 dan 2015 sulit untuk terjadi. Kalaupun ada pelemahan, penyebabnya merupakan mekanisme pasar biasa.

Apakah kinerja IHSG berpotensi negatif di tahun 2018 ?

Berikut adalah kinerja IHSG tahunan dari sejak 1998 – November 2017

Rudiyanto/Diolah tabel IHSG
Mengacu pada data historis di atas, kinerja IHSG yang negatif tidak hanya terjadi pada tahun 1998 dan 2008. Pada tahun 2000, 2001, 2013 dan 2015 IHSG juga mengalami kinerja negatif yang disebabkan karena berbagai hal baik dari dalam ataupun luar negeri. Sehingga siklus 10 tahunan bukanlah penentu.

Ketika valuasi saham terlalu tinggi, penurunan fundamental perusahaan secara signifikan, atau terkadang faktor guncangan dari eksternal, penurunan IHSG dapat terjadi.

Kalaupun pada tahun 2018 terjadi penurunan IHSG, hal ini sifatnya kebetulan dan bukan karena siklus krisis 10 tahunan.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com