Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Vikra Ijas
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia
dan Chief Marketing Officer Kitabisa.com

Pemuda dan Internet untuk Kebaikan

Kompas.com - 07/11/2017, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Sekilas tak ada yang membedakan Melisa Prita (20) dari anak muda pada umumnya. Melisa adalah seorang mahasiswi sebuah universitas swasta di Bandung yang juga bekerja sebagai driver ojek online untuk mencari penghasilan tambahan.

Kisah Melisa menjadi istimewa ketika Ia bertemu Disa, seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang menderita Osteosarcoma atau sejenis kanker tulang.

Disa membutuhkan biaya yang cukup besar untuk operasi karena BPJS tidak bisa menanggung seluruh beban biaya pengobatan penyakitnya – sebuah kondisi yang umum terjadi di tengah masyarakat Indonesia.

Data terakhir BPJS menyatakan saat ini baru sekitar 70 persen masyarakat yang terjangkau program BPJS Kesehatan.

Memahami kesulitan Disa, Melisa pun tergerak mengajak teman-temannya untuk mengumpulkan bantuan.

Melalui situs penggalangan dana online Kitabisa.com, Melisa memulai sebuah kampanye untuk membantu pengobatan Disa.

Menggunakan media sosial dan aplikasi messenger yang Ia miliki, Melisa mengajak teman dan jejaringnya untuk berdonasi. Hasilnya, dalam kurun waktu 1 bulan Melissa berhasil mengumpulkan Rp 51 juta dari 386 donatur.

Semangat Melisa jelas merefleksikan karakter luhur bangsa Indonesia yaitu tolong menolong dan gotong royong.

Memanfaatkan kekuatan gotong royong, Melisa pun berubah dari anak muda biasa menjadi seorang sosok yang dibutuhkan saat ini, yaitu seorang penggerak atau agent of change yang dapat menciptakan kebaikan, tanpa melihat perbedaan.

Pada hari Sumpah Pemuda bulan Oktober lalu, kita kembali diingatkan oleh Presiden Joko Widodo akan pentingnya menjaga semangat kerja sama di tengah perbedaan kelompok masyarakat yang begitu beragam.

Tagline “Kita Tidak Sama, Kita Kerja Sama” begitu selaras dengan ucapan Bung Hatta puluhan tahun lalu tentang sifat masyarakat Indonesia yang guyub, komunal, kolektif dan gotong royong.

Data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menunjukkan, potensi zakat (donasi yang diwajibkan untuk umat Islam) di Indonesia mencapai Rp 286 triliun setiap tahunnya.

Namun di tahun 2016, BAZNAS mencatat baru sekitar Rp 3,7 trilliun zakat yang terkumpul melalui lembaga.

Hal ini mengindikasikan potensi besar untuk mengoptimalkan ekonomi yang tercipta dari rasa tolong menolong dan gotong-royong, khususnya dalam membantu menanggulangi masalah sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

Di tengah pesatnya pertumbuhan teknologi dan internet, semangat ini terus didorong dan dimudahkan melalui beragam platform online, utamanya yang berbasis crowdfunding (urun dana) yang lahir untuk membantu mengumpulkan dukungan dana masyarakat terkait suatu tujuan sosial.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com