Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suhana
Peneliti

Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim.

Jokowi dan Ekonomi Udang Indonesia

Kompas.com - 07/11/2017, 14:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

KEHADIRAN Presiden Jokowi di Tambak udang di Desa Pantai Bakti Muara Gembong Bekasi pada 1 November 2017 merupakan tonggak baru ekonomi udang nasional.

Penulis percaya bahwa kehadiran Jokowi tidak hanya menghadiri program perhutanan sosial dan meresmikan tambak milik Perum Perhutani seluas 830 hektar (ha) untuk budidaya udang vaname dan bandeng.

Namun jauh lebih dari itu, Jokowi melihat peluang besar untuk "menguasai" ekonomi udang dunia. Terlebih saat ini beberapa negara produsen udang dunia sedang mengalami masalah serius terkait penurunan produksi udang.

Langkah Presiden Jokowi ke tengah-tengah tambak udang di Muara Gembong tersebut mengingatkan penulis atas langkah Presiden India Mahatma Gandhi pada tahun 1947. Ketika itu, Gandhi terjun langsung ke tambak garam rakyat di negaranya guna menjadikan India sebagai produsen garam dunia.

Komitmen kuat Presiden Gandhi tersebut kini telah terwujud dengan baik. India kini menjadi salah satu produsen garam terbesar dunia.

Oleh sebab itu, komitmen kuat Presiden Jokowi yang ditunjukkan dengan langsung terjun ke tambak udang tersebut diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir udang terbesar dunia.

Udang merupakan salah satu produk ekspor perikanan yang berkontribusi cukup besar bagi ekonomi perikanan nasional. Berdasarkan data International Trade Center (2017), pertumbuhan ekspor komoditas perikanan Indonesia pada periode 2012-2016 rata-rata tumbuh 2,37 persen pertahun.

Total nilai ekspor komoditas perikanan tahun 2012 mencapai USD 3,59 miliar dan tahun 2016 meningkat menjadi 3,86 miliar dollar AS.
 
Sementara itu, dilihat dari jenis komoditasnya, terlihat bahwa besarnya nilai ekspor komoditas perikanan didominasi oleh komoditas udang vaname beku.

Berdasarkan data International Trade Center (2017), terlihat bahwa kontribusi nilai ekspor udang vaname beku (Whiteleg shrimps) terhadap total nilai ekspor perikanan tahun 2016 mencapai lebih dari 27 persen. Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa udang memiliki peranan yang besar terhadap kinerja ekonomi perikanan Indonesia.

Namun demikian, sampai saat ini nilai ekspor udang Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara produsen udang dunia lainnya, seperti India, Vietnam, Ekuador, China, dan Thailand.

Dari data International Trade Center (2017), pada tahun 2016 India tercatat sebagai negara yang memiliki nilai ekspor udang tertinggi di dunia, yaitu mencapai 3,70 miliar dollar AS.

Berikutnya Vietnam, Ekuador, China, Thailand, dan Indonesia yang masing-masing memiliki nilai ekspor dalam dollar AS sebanyak 2,71 miliar; 2,60 miliar; 2,16 miliar; 1,98 miliar; dan 1,67 miliar.

Peluang produksi udang vaname

Beberapa negara produsen udang dunia sampai saat ini masih dihantui oleh ancaman wabah  EMS (early mortality syndrome). Bahkan beberapa negara ASEAN sudah terserang wabah EMS, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Adapun Indonesia sampai saat ini masih dinyatakan bebas dari wabah EMS yang mengancam produksi udang tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 per Dollar AS

Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 per Dollar AS

Whats New
Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Whats New
Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Whats New
Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com