Kalaupun ada modal lain, kata Junaidi, adalah doa supaya jualan segera laku. Setidaknya, perjalanan Junaidi saat ini sudah menghasilkan 15 perumahan dalam portofolionya.
S-2 pecel lele
Lahir di desa yang dulu menurut dia muncul di peta pun sepertinya tidak, Junaidi menyelesaikan sekolah sarjananya saat bekerja sebagai sopir. Pekerjaan itu dia jalani 15 tahun.
Tak berhenti di situ, Junaidi melanjutkan pendidikan ke jenjang master. Kali ini biaya sekolahnya ditunjang tambahan pendapatan dari dia berjualan pecel lele di warung tenda di Pontianak, Kalimantan Barat.
“Istilahnya, S-1 saya itu S-1 sopir, lalu S-2 pecel lele,” ujar dia sembari tertawa.
Junaidi mengaku tak punya bayangan muluk-muluk saat memulai usaha propertinya, begitu pula ketika memutuskan melanjutkan jenjang pendidikan. Dia hanya berpikiran ingin membuat perubahan hidup.
“Jadi, karyawan atau wiraswasta itu pilihan. Namun, saya ingin berubah dan berubah. Kalau tidak dari kita, tak bisa. Ini soal kemauan diri dan kerja keras,” tutur Junaidi soal perubahan jalan hidupnya.
Belajar dari kegagalan orang
Orang bilang, setiap perjalanan pasti punya fase jatuh-bangun. Junaidi tak menampik bahwa tetap saja ada peristiwa kejatuhan-kejatuhan kecil yang dia alami. Namun, kata dia, tak ada orang yang ingin mengalami kejatuhan dalam skala apa pun.
“Kalau ada orang gagal, saya menguping (ceritanya), biar saya tak mengalami kegagalan yang sama,” ungkap Junaidi soal cara meminimalisasi kemungkinan gagal atau jatuh.
Beda lagi, lanjut Junaidi, jika sudah melakukan banyak upaya, tetapi tetap saja mengalami kejatuhan atau kegagalan. Bisa jadi, kata dia, memang ada hal mendasar yang perlu diperbaiki terlebih dahulu sebelum kesuksesan bisa diwujudkan.
“Di situ, terus mencari ilmu penting. Semua ilmu untuk kebaikan itu penting. Dari ilmu pula kita akan mengembangkan diri, termasuk belajar dari dari kegagalan orang lain,” imbuh Junaidi.
Soal dorongan untuk membuat perubahan, aku Junaidi, bisa datang dari banyak sebab. Pada dirinya, pendorong itu antara lain adalah kesadaran tentang amanah 4 orang anak dan pendapatan yang semula pas-pasan.
HFC BTN
Peluang untuk berubah pun sekarang punya banyak pintu. Salah satunya datang dari BTN, tempat Junaidi pernah bekerja.
“Yang tadi tidak Junaidi sebut, dulu dia itu sopir di BTN,” ujar Direktur Utama BTN Maryono dalam kesempatan yang sama.