Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia-Swedia Kembangkan Sistem Navigasi Penerbangan Digital

Kompas.com - 09/11/2017, 14:15 WIB

KOMPAS.com - Direktorat Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan Otoritas Penerbangan Swedia menyelenggarakan Workshop Digitalisasi Tower ATC termasuk di dalamnya terkait pengoperasian remote Air Traffic Services (ATS) selama dua hari ini, Selasa hingga Rabu (7-8 November 2017).

Penyelenggaraan workshop ini merupakan tindak lanjut dari kerjasama antara Pemerintah RI dan Swedia terkait Pengembangan Navigasi Penerbangan yang ditandatangani pada saat Raja Carl XVI Gustaf dari Swedia berkunjung ke Indonesia pada bulan Mei 2017 lalu. 

Kemudian ditindak lanjuti penandatanganan MOU oleh Menko Bidang Maritim, yang salah satunya adalah mengenai Air Traffic Management.

Workshop ini dibuka oleh Direktur Navigasi Penerbangan Yudhi Sari Sitompul dan dihadiri oleh jajaran Direktorat Navigasi Penerbangan, AirNav Indonesia, pengelola bandara serta tim ahli Swedia. 

(Baca: Menhub: Kini Indonesia Bisa Gunakan Alat Navigasi ADS-B Buatan Lokal)

Juga perwakilan perusahaan SAAB dan LFV dari Swedia yaitu Mr. Klas Ogren dan Mr. Peter Noren.

 

SAAB dan LFV merupakan perusahaan dan air navigation service provider Swedia yang mengembangkan teknologi digital ATS.

Menurut Yudhi Sari, perlunya pengembangan sistem navigasi penerbangan Indonesia ke arah digital, dilatarbelakangi semakin meningkatnya trafik lalu lintas penerbangan di Indonesia dengan sebaran traffic yang beragam.

Salah satu indikatornya adalah dimasukkannya Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai satu dari 20 bandara tersibuk lalu lintas penerbangannya di dunia pada periode 2010-2015 oleh Airport Council International (ACI).

Menurut Yudhi, Direktorat Navigasi Penerbangan menyambut baik workshop dari Pemerintah Swedia ini.

Saat ini pihaknya memiliki lebih dari 250 bandara mulai dari yang kecil hingga besar yang perlu dikembangkan dukungan teknologi sistem navigasi penerbangannya," 

"Hal ini untuk mendukung keselamatan, kelancaran dan kenyamanan penerbangan serta efisiensi operasional bandara di Indonesia,” ujar Yudhi Sari melalui keterangan pers.

Menurutnya, biaya operasional navigasi penerbangan mencapai 30-40 dari biaya operasional bandara.

Jika sistem operasional navigasi penerbangan dilakukan dengan sistem teknologi digital modern, akan mampu menurunkan biaya navigasi penerbangan sehingga operasional bandara lebih efisien.

“Swedia telah mengembangkan teknologi remote tower  ATS dan sudah diujicobakan di beberapa bandara. Jadi Swedia mempunyai pengalaman dalam implementasi remote tower ini. Kita bisa belajar dan saling berbagi pengalaman dengan Swedia,” ujar Yudhi Sari lagi.

Yudhisari berharap dari workshop hari ini, Ditnavpen bersama dengan operator atau AirNav Indonesia dapat menyusun suatu konsep kedepan dan mengetahui seberapa mungkin mengaplikasikan atau menganalisa untung dan ruginya model remote tower ATC bila diterapkan di Indonesia. 

Saat ini Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO) terus membuat workshop terkait standard and recommendation practices di bidang remote aircraft (drone) dan juga remote ATS, termasuk di dalamnya terkait remote tower ATC.

Selain Swedia, beberapa negara yang  telah melakukan ujicoba teknologi remote tower ini dengan sukses adalah Australia, Amerika Serikat, Belanda, Norwegia dan Irlandia.

Kompas TV Tidak hanya jumlah penerbangan, Garuda juga mengganti pesawatnya dengan yang lebih besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com