Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Navigasi Digital untuk Operasional Bandara Lebih Efisien

Kompas.com - 09/11/2017, 18:21 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Navigasi Penerbangan (Ditnavpen), Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memiliki wacana untuk menerapkan sistem navigasi penerbangan digital di Indonesia. Sistem tersebut diharapkan bakal membuat operasional bandara lebih efisien dari aspek biaya, kelancaran serta keselamatan.

"Kami memiliki lebih dari 250 bandara mulai dari yang kecil hingga besar yang perlu dikembangkan dukungan teknologi sistem navigasi penerbangannya. Hal ini untuk mendukung keselamatan, kelancaran dan kenyamanan penerbangan serta efisiensi operasional bandara di Indonesia," ujar Direktur Navigasi Penerbangan Yudhi Sari Sitompul dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (9/11/2017).

Menurut dia, biaya operasional navigasi penerbangan mencapai 30-40 persen dari biaya operasional bandara. Namun jika berhasil menerapkan digitalisasi pada sistem navigasi itu, maka biaya operasional bandara bisa turun dan lebih efisien.

Sekarang, pemerintah Indonesia sendiri telah mendatangani kerja sama khusus navigasi penerbangan digital dengan pemerintah Swedia. Wujud kerja sama tersebut adalah diselenggarakannya workshop dengan tema pengoperasian remote Air Traffic Services (ATS) pada 8 dan 9 November 2017.

Baca juga : Fasilitas Serba Digital Disiapkan di Bandara Naungan AP II

ATS merupakan pemanduan atau pengaturan pesawat terbang yang diberikan oleh Air Traffic Controller (ATC), dengan tujuan mengamankan lalu lintas udara, mencegah terjadinya tabrakan antara pesawat dengan pesawat atau dengan penghalan lainnya.

Sedangkan remote ATS berarti informasi terkait dengan pengaturan tersebut bisa disuplai oleh menara virtual yang bisa terletak di mana pun, di luar ATC lokal. Bentuknya hanya sebuah pemancar dan tidak dijaga manusia.

“Swedia telah mengembangkan teknologi remote tower ATS dan sudah mengujicobanya di beberapa bandara. Jadi Swedia mempunyai pengalaman dalam implementasi remote tower ini. Kita bisa belajar dan saling berbagi pengalaman dengan Swedia,” terang Yudhi.

Dia berharap dari workshop sistem navigasi penerbangan digital itu, Ditnavpen bersama dengan operator atau AirNav Indonesia dapat menyusun suatu konsep kedepan dan mengetahui seberapa mungkin mengaplikasikan atau menganalisa untung dan ruginya model remote tower ATC bila diterapkan di Indonesia. 

Saat ini Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO) terus membuat workshop terkait standard and recommendation practices di bidang remote aircraft (drone) dan juga remote ATS, termasuk di dalamnya terkait remote tower ATC.

Selain Swedia, beberapa negara yang  telah melakukan ujicoba teknologi remote tower ini dengan sukses adalah Australia, Amerika Serikat, Belanda, Norwegia dan Irlandia.

Kompas TV Sektor pembangunan infrastruktur menjadi yang paling menonjol di masa tiga tahun memerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com