Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syailendra Capital Bukukan Dana Kelolaan Rp 11 Triliun

Kompas.com - 13/11/2017, 13:34 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan manajer investasi PT Syailendra Capital membukukan dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar Rp 11 triliun per November 2017. Angka ini melebihi target yang dipatok sebesar Rp 9 triliun.

Direktur Syailendra Capital Gunanta Afrima menyatakan, dana kelolaan masih bisa bertambah antara Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun lagi. Dengan demikian, dana kelolaan diproyeksikan bisa menyentuh Rp 12 triliun hingga akhir tahun ini.

“Kami akan meluncurkan hingga tiga produk fund baru dalam waktu dekat. Biasanya korporasi masih akan mencari produk proteksi untuk menggenjot kinerja laporan keuangan korporasi,” ujar Gunanta dalam pernyataannya, Senin (13/11/2017).

Menurut Gunanta, meski porsi terbesar dari dana kelolaan masih saham (equity) dibandingkan pendapatan tetap (fixed income) dan pasar uang. Namun, terjadi perubahan secara komposisi untuk equity yang saat ini porsinya sebesar 28 persen, dari sebelumnya sebesar 34 persen di tahun lalu.

Baca juga : 2017, Taspen Targetkan 4 Persen Dana Kelolaan untuk Proyek Infrastruktur

Perubahan tersebut disebabkan kenaikan pada produk fixed income yang lebih banyak dicari lantaran kinerja pasar modal yang baru terjadi di semester II tahun ini. Sehingga, nasabah lebih memilih main aman dengan menempatkan dana di produk fixed income atau pasar uang.

“Total porsi fixed income dan pasar uang mencapai 25 persen. Pertumbuhannya didorong penempatan dana perbankan yang mencari return akibat penyaluran kredit masih relatif lambat, sedangkan apabila ditaruh di pasar uang antar bank tidak terlalu menguntungkan bunganya,” sebut Gunanta.

Dia juga menargetkan pertumbuhan dana kelolaan tahun depan di kisaran 20 persen Hal tersebut berkaca pada pertumbuhan sepanjang lima tahun terakhir yang berada di level 22 persen.

Syailendra Capital juga akan melakukan strategi mengembangkan produk rekdana pasif karena trennya ke arah sana. Produknya bisa berupa reksadana indeks saham dan exchange traded fund (ETF). Hal itu juga sudah dilakukan manajer investasi lain.

Selain itu, Syailendra juga sedang menggodok 1 sampai 3 produk reksa dana syariah. Sampai saat ini, sudah ada reksadana syariah properti dan JII reksadana syariah.

Kompas TV Gimana Penjualan Reksadana Lewat Situs Jual Beli Online?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com