Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Mobil Listrik Benar-benar Ramah Lingkungan?

Kompas.com - 14/11/2017, 11:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Kompas TV Kementerian ESDM hari ini melakukan uji coba sepeda motor listrik yang akan diluncurkan tahun depan.

Jika listrik untuk memberikan daya ke baterai bukan berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan, maka hasilnya konsumsi bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik meningkat konsumsinya. Hal ini terjadi di AS, kecuali di negara bagian California.

Di Indonesia, pembangkit listrik juga masih banyak mengandalkan batu bara sebagai sumber energi fosil dan tidak terbarukan.

3. Daur Ulang

Apakah sampah baterai bisa didaur ulang? Bahkan pabrikan mobil listrik besar seperti Tesla milik Elon Musk pun baru bisa sekadar berjanji. Padahal, isi baterai merupakan mineral langka yang sudah didaur ulang sehingga tidak akan ekonomis jika didaur ulang.

Baca juga : Toyota Siapkan Baterai Baru buat Mobil Listrik

Walaupun begitu, sejumlah pihak mendebat bahwa daur ulang penggunaan bahan baku metal serta mineral langka tetap bisa menjaga bumi agar lebih bersih.

Penasehat mobil listrik Chelsea Sexton mengatakan kepada Wired, bahwa semakin banyak produk transportasi menggunakan listrik, pasti akan ditemukan cara untuk melakukan daur ulang baterainya.

Hal itu mungkin ada benarnya juga, tapi bisa juga masih butuh waktu yang lama. Namun Anda bisa berfikir, apakah mobil listrik benar-benar ramah lingkungan?

Indonesia

Pemerintah Indonesia saat ini tidak sekadar menciptakan demand untuk mobil listrik hingga 2025 mendatang dengan sederet regulasi yang akan tampil.

Pemerintah sepertinya lebih mendorong penggunaan listrik kepada masyarakat, sebagai upaya untuk meminimalisir penggunaan gas LPG 3 kilogram.

Baca juga : Rentan Penyelewengan, Subsidi Elpiji 3 Kg Dinilai Tidak Efektif

Berdasarkan siaran pers Kementerian ESDM yang diterima Kompas.com pada 8 November 2017, pemerintah melalui Kementerian ESDM berencana untuk memasyarakatkan kompor listrik atau kompor induksi.

Menurut kajian pemerintah, biaya menggunakan kompor listrik akan lebih hemat hingga 60 persen dibanding menggunakan LPG 3 Kilogram, yang saat ini subsidinya semakin membengkak.

Baca juga : Mampukah PLN Menuntaskan Mega Proyek Pembangkit 35.000 Megawatt?

Namun pertanyaannya, sumber listrik dengan program 35.000 Mega Watt mengapa masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, baik untuk mobil, maupun untuk kompor.

Apakah kemudian pemerintah akan mempertimbangkan penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang besar jika demand sudah tercipta?

Baca juga : Arcandra Tahar Buka-bukaan soal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com