Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Penyederhanaan Golongan Listrik Untungkan Masyarakat, tetapi...

Kompas.com - 14/11/2017, 14:34 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Energi dan peneliti Center for Energy and Food Security Studies (CEFSS) Ali Ahmudi, menyambut baik niat pemerintah menyederhanakan golongan listrik non-subsidi.

Menurutnya, langkah tersebut bakal memudahkan masyarakat pengguna listrik non-subsidi, terutama yang membutuhkan daya besar.

Ali mengatakan biasanya listrik non-subsidi golongan 950 VA, 1.300 VA, 2.200 VA dan 3.300 VA dipakai oleh masyarakat yang produktif. Misalnya memiliki usaha sendiri di rumah atau ruko.

Kesulitan akan muncul saat pengguna golongan listrik tersebut mulai membutuhkan daya lebih besar. Pasalnya biaya untuk menambah daya, misalnya dari 950 VA menjadi 2.200 VA, cukup menguras kantong.

Baca juga : Pelanggan Listrik 900 VA Batal Masuk Skema Penyederhanaan Golongan

"Pengalaman saya, kalau listrik 900 VA itu kurang buat usaha. Sedangkan kebanyakan rumah kan dibekalinya dengan listrik ini. Kalau diperbesar, biaya per VA-nya mahal. Makanya rencana penyederhanaan ini jadi menguntungkan, karena naik ke 4.400 VA itu gratis," terang Ali saat bincang dengan Kompas.com, Selasa (14/11/2017).

Selain soal usaha, penyederhanaan tersebut juga memberi fleksibilitas pada masyarakat. Dengan 4.400 VA, kebutuhan listrik saat terjadi penambahan anggota keluarga atau ketika memasang berbagai peralatan elektronik baru, bisa dipenuhi dengan mudah.

Sedangkan bagi industri, yang menggunakan listrik di atas 13.000 VA bakal mendapat keuntungan karena akan diubah menjadi loss stroom. Artinya dia bisa memakai listrik sesuai kebutuhan produksinya.

Hati-hati

Namun, Ali juga memperingatkan bahwa rencana penyederhanaan golongan listrik tersebut juga bisa berdampak negatif. Salah satunya adalah soal memacu tingkat konsumsi masyarakat hingga berdampak pada PLN sendiri.

Baca juga : Ini Dalih Pemerintah Hapus Listrik di Bawah 4.400 VA

"Kalau saat pakai 900 VA pakainya irit, diatur antara nyala AC dan mesin air. Begitu naik ke 4.400 VA pakainya lebih bebas, bisa nyala semua dan jadi lebih boros," imbuhnya.

Kebebasan memakai itu membawa konsekuensi lain. Seiring makin konsumtifnya masyarakat dan meningkatkan permintaan listrik, maka PLN mesti siap menyediakan pasokan listrik besar, terutama di Pulau Jawa. Jangan sampai permintaan listrik jauh melebihi pasokannya.

Menurut Ali tingkat konsumsi listrik saat ini di Pulau Jawa sudah mencapai 67 persen, Sumatera 15 persen, Kalimantan 11 persen.

Jika penyederhanaan golongan tarif listrik benar memacu masyarakat untuk konsumtif terhadap listrik, maka tingkat konsumsi itu akan naik lebih tinggi.

Baca juga : Soal Penghapusan Golongan Listrik, Jonan Akan Bahas dengan DPR

"Sekarang saja, di Jakarta, masih ada daerah yang byar-pet. Bagaimana kalau nanti golongan listrik disederhanakan, jadi minimal 4.400 VA? PLN mesti menjamin kehandalan pasokan listriknya. Supply dan demand mesti seimbang, apalagi rencana itu bakal memicu demand," pungkasnya.

Kompas TV Pemerintah Kaji Ulang Proyek Listik 35.000 MW

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com