Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompor Gas Diganti Kompor Listrik, Akankah Subsidi Lebih Hemat?

Kompas.com - 14/11/2017, 16:47 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

KOMPAS.com - Pengamat Energi dan peneliti Center for Energy and Food Security Studies (CEFSS) Ali Ahmudi menyoroti rencana pemerintah konversi kompor gas ke kompor listrik.

Ali menilai rencana memperkenalkan kompor listrik sebagai pengganti kompor gas punya efek positif dan negatif bagi PLN dan pemerintah. Sementara itu masyarakat, yang mana pun yang dipakai, tidak akan terlalu merasakan perbedaannya.

Efek positifnya, pengalihan subsidi ke kompor listrik bakal mengurangi beban pemerintah dalam subsidi pengadaan liquid petroleum gas (elpiji).

Menurut Ali, saat ini Indonesia hanya memiliki kemampuan memproduksi 1,7 juta metrik ton gas elpiji. Sedangkan konsumsi masyarakat seluruhnya mencapai 5 juta metrik ton. Sisanya, 3,3 juta metrik ton sisanya mesti diperoleh dengan impor. Sementara itu subsidi terus berjalan, dan tahun ini saja sudah mencapai Rp 20 triliun (untuk elpiji 3 Kg).

"Kompor induksi bisa jadi solusi (menghemat subsidi tersebut), karena subsidi listrik kan bisa lebih terkontrol dibanding subsidi gas atau bahan bakar minyak. Listrik pun sudah jelas cluster-nya, masyarakat dan industri beda," terang Ali saat bincang dengan Kompas.com, Selasa (14/11/2017).

Baca juga: Pengamat: Penyederhanaan Golongan Listrik Untungkan Masyarakat, tetapi...

Namun di sisi lain, konversi kompor gas ke kompor induksi juga memiliki sisi negatif yang mesti diantisipasi. Beban yang ditanggung oleh PLN bisa jadi malah lebih berat, dibandingkan sebelumnya.

Beban tersebut disebabkan PLN mesti menyediakan pasokan listrik lebih besar untuk memenuhi permintaan masyarakat. Selain itu, beban subsidi yang ditanggung juga naik, yakni kompor induksi serta golongan listrik 450 VA dan 900 VA.

"Walau bisa kurangi sedikit konsumsi elpiji, lalu muncul persoalan kebutuhan energi primer (untuk memasok daya). Pertanyaannya, bisakah pemerintah menyubsidi PLN untuk kebutuhan energi primer itu? Kalau ada insentif, ya solusi tersebut bisa saja," pungkas Ali.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN mengumumkan akan melakukan penyederhanaan golongan listrik. Di antaranya, golongan listrik 950 VA (non subsidi), 1.300 VA, 2.200 VA, dan 3.300 VA akan dihapus dan diganti dengan 4.400 VA.

Baca juga: Pelanggan Listrik 900 VA Batal Masuk Skema Penyederhanaan Golongan

Selain itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana melalui keterangan resminya mengatakan ada niat untuk mendorong penggunaan kompor induksi sebagai pengganti kompor gas elpiji.

Kompor induksi merupakan jenis kompor yang memanfaatkan reaksi magnet dari energi listrik untuk menghasilkan panas. Kompor tersebut menggunakan daya sekitar 350 hingga 500 watt.

Kompas TV Seorang pemuda dari Kasihan, Bantul, Yogyakarta membuat inovasi alat membatik yaitu kompor pemanas malam listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com