JAKARTA, KOMPAS.com - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengatakan rencana mereka menjual compressed natural gas (CGN) dalam tabung. Hal itu untuk membantu mengurangi beban impor liquefied petroleum gas (elpiji) negara.
Bagi konsumen, CNG akan jadi alternatif energi selain kompor listrik dan elpiji yang dijual oleh Pertamina.
Division Head Corporate Communication PGN, Desy Anggia mengungkap bahwa PGN memang memiliki niat untuk menjual CNG. Namun sekarang perusahaan masih melakukan kajian mengenai target pasar, harga dan lokasinya.
Pasalnya CNG memiliki cara penanganan yang berbeda dibandingkan elpiji. Salah satunya adalah soal penyalurannya yang sangat bergantung spesifik lokasi dan pelanggan.
Menurutnya, tidak akan terjadi persaingan antara PNG dan Pertamina dalam hal pasar CNG, Elpiji atau kompor listrik. Ketiganya justru diharapkan akan saling melengkapi.
"Karena itu bertujuan untuk mengurangi impor elpiji yang menyebabkam harga mahal dan, tentu, juga membebani Pertamina. Diharapkan program ini merupakan ntuk sinergi BUMN untuk mencapai kedaulatan energi," terang Desy saat kepada Kompas.com, Selasa (13/11/2017) malam.
"(Selain itu) targetnya juga untuk komplemen terhadap kompor listrik atau yang belum bisa dilayani dengan kompor listrik, jadi saling melengkapi," imbuhnya.
Terkait dengan rencana ini, pengamat energi sekaligus peneliti Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi, saat ini kempuan Indonesia memproduksi gas elpiji hanyalah 1,7 metrik ton. Sedangkan konsumsinya mencapai 5 juta metrik ton. Artinya ada sisa 3,3 juta metrik ton yang mesti diperoleh dengan impor.
CNG dan elpiji sendiri sama-sama merupakan bahan bakar yang berasal dari gas alam. Bedanya, CNG didominasi metana dan etana serta dikompresi tanpa mengubahnya menjadi cair. Sedangkan elpiji didominasi campuran propana dan butana, dengan massa jenis lebih besar.
Meski sama-sama berasal dari gas alam, keduanya memiliki karakter dan penanganan berbeda. CNG membutuhkan tempat penyimpanan besar serta tekanan sangat tinggi, sementara itu elpiji bisa dicairkan dalam tekanan lebih rendah dan lebih mudah disimpan.
Di sisi lain, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana melalui keterangan resminya mengatakan ada niat untuk mendorong penggunaan kompor induksi sebagai alternatif kompor gas elpiji.
Kompor induksi merupakan jenis kompor yang memanfaatkan reaksi magnet dari energi listrik untuk menghasilkan panas. Kompor tersebut menggunakan daya sekitar 350 hingga 500 watt.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.