Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanda Bina Peternak Sapi Garut dan Kuningan

Kompas.com - 17/11/2017, 15:41 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Peternak sapi Indonesia dinila banyak melakukan kekeliruan, baik soal pakan, air, kandang, dan lainnya.

Misalnya soal air. Beberapa petani masih memberikan air dalam bentuk ember. Hal ini membuat sapi hanya minum dalam waktu tertentu. Padahal sapi membutuhkan minum kapanpun, sehingga perlu dibuat semacam bak di kandangnya.

Begitupun dalam pemberian pakan. Banyak peternak menganggap rata seluruh sapi. Padahal perlakuan terhadap sapi yang sedang hamil, baru melahirkan, anak sapi, jumlahnya tentu berbeda.

Perlakuan tidak tepat ini, membuat produktivitas sapi itu tidak maksimal. Karena itulah, Belanda memberikan bantuan berupa pendampingan dan pembinaan kepada peternak di Jawa Barat melalui program Difslive (Indonesia-Dutch Programme on Food Security, Poultry & Dairy Sector).

Baca juga: Bisnis Ternak, Astra Agro Lestari Datangkan Ribuan Sapi Australia

“Pendampingan dan pembinaan dilakukan kepada 18 orang peternak dari Kabupaten Garut dan Kuningan,” ujar Ruminant Specialist & Dairy Project Manager PT Trouw Nutrition Amin Sutiarto kepada Kompas.com, Jumat (17/11/2017).

Amin menyebutkan, Garut dan Kuningan terpilih karena koperasi di dua daerah tersebut dinilai mumpuni dalam pengelolaannya. Sehingga dia berharap ketika program berakhir, pembinaan dapat terus berlanjut.

“Itulah mengapa kami transfer teknologi kepada pendamping di Garut dan Kuningan. Jadi setelah kerja sama ini berakhir, mereka bisa terus melakukan pembinaan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, Difslive bertumpu pada sinergi akademisi, swasta, dan pemerintah. Selama tiga tahun ini, peternak diberikan pengetahuan terkait pakan tinggi nutrisi, berupa tanaman jagung, indigofera, dan rumput gajah.

Baca juga: Peternak Sapi Perah Lokal Minta Harga Jual Susu Dinaikkan

Peternak juga diajarkan melakukan pembibitan, perawatan, hingga pengolahan bahan pakan sehingga mereka mulai meninggalkan bahan pakan yang rendah nutrisi dan sukar didapat, seperti jerami dan rerumputan liar.

Selama tiga tahun, program tersebut telah membuah hasil. Perahan susu peternak meningkat cepat, dan perbaikan manajemen peternakan yang cukup efisien.

“Dari kasus KPGS Cikajang, saat ini setiap ekor sapi perah berhasil menghasilkan 14,6 liter per hari dari sebelumnya hanya sekitar 11,9 liter. Sedangkan KPSP Saluyu (Kuningan), peternak mampu memerah hingga 14,7 liter per sapi per hari dari sebelumnya hanya 11,2 liter,” ucapnya.

Kemudian ada peningkatan fertilitas sapi, dari mulai masa birahi yang mencapai 150 hari, menjadi 60 hari dan juga tingkat produktivitas kandungan tiga hingga empat ekor dari 10 ekor meningkat hingga enam sampai delapan ekor sapi.

Namun semua program ini tidak akan berhasil tanpa peran aktif masyarakat. “Mereka semangat loh. Malah ada yang langsung ingin merenovasi kandang sapi dengan uang sendiri,” tuturnya.

Sementara Kepada Subdit Bahan Pakan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kementerian Pertanian Tri Astuti Handayani mengatakan, program penguatan pakan ini bisa menekan biaya produksi hingga 30 persen. Namun kuantitas susu meningkat 20 persen.

Kompas TV Sapi ini menjuarai lelang dan dibeli pada angka Rp 125 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com