BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kominfo

Kilang Minyak Tuban, Masa Depan Petani Kehilangan Lahan

Kompas.com - 22/11/2017, 08:59 WIB

KOMPAS.com - Paryono, petani penggarap di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, menggantungkan hidupnya pada sebidang sawah yang dikelola bersama istrinya. Kini, setelah wilayahnya masuk wilayah pembangunan kilang minyak, lelaki yang dikaruniai dua anak itu berharap mendapat pekerjaan di mega proyek pemerintah itu.

"Kita berharap Pertamina, sebagai pembangun kilang, mempekerjakan penduduk lokal," kata Paryono, kini berusia 46 tahun.

Paryono bukan satu-satunya penduduk Jenu yang berharap demikian. Ratusan, bahkan ribuan, angkatan kerja baru yang rata-rata berusia jauh di bawahnya juga punya harapan sama.

Senada Paryono, Bupati Tuban Fathul Huda mengatakan pembangunan kilang minyak memang membutuhkan banyak tenaga kerja. Dia berharap masyarakat lokal mendapat prioritas untuk mengisi kekosongan itu.

"Masyarakat akan merasakan efek ganda," kata Huda.

Pertamina, bersama Rosnett – perusahaan asal Rusia – menggunakan lahan milik Perhutani untuk pengembangan proyek kilang minyak di wilayah Wadug dan Mentoso. Lokasinya sangat strategis, karena terletak di pantai utara Pulau Jawa.

Tidak hanya ketersediaan lapangan kerja, masyarakat sekitar proyek juga akan memperoleh fasilitas pendidikan yang layak. Pertamina berencana memberi beasiswa kepada warga lokal, sebagai tanggung jawab sosial.

Tak hanya itu. Angkatan kerja di desa-desa di Tuban juga akan mendapatkan pelatihan di bidang perminyakan.

"Diharapkan akan ada tenaga terampil dari Tuban," kata Huda.

"Kehadiran kilang juga diharapkan memberi manfaat ekonomi. Warga bisa berjualan dan menyediakan kamar kos bagi pekerja dari luar," tambahnya.

Kilang minyak Tuban diperkirakan menyedot 600 sampai 700 insinyur perminyakan sebagai tenaga operasional. Kilang ini diharapkan mengelola ribuan barrel minyak setiap hari.

Rachmad Hardadi, Direktur Proyek Kilang Minyak Tuban, mengatakan setiap tahun kilang minyak menyedot 250 insinyur perminyakan. Kilang ini diharapkan selesai pada 2021 atau dua tahun lebih dulu dibandingkan Kilang Minyak Bontang.

"Sebanyak 40 persen tenaga kerja adalah sarjana teknik, 60 persen berijasah D3, dan SMA/SMK untuk operator teknisi," kata Rachmad.

Pembangunan fisik selama tiga tahun akan melibatkan 45 ribu tenaga kerja kontrak. Jumlah tenaga kerja sebanyak itu adalah pasar bagi masyarakat setempat.

Rachmad yakin akan ada multiplier effect sampai enam kali lipat. Tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), masih menurut Rachmad, akan sangat diperhatikan pemerintah karena proyek ini sangat strategis.

Dia optimistis perekonomian Indonesia akan bergairah setelah pembangunan kilang selesai.

Ingin tahu lebih banyak soal investasi, e-commerce dan infrastruktur di Indonesia? Silakan klik inspirasi.indonesiabaik.id dan infrastruktur/kilang-minyak-tuban.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com