Dalam sebuah iklan yang hari-hari ini tengah ditayangkan oleh CNN, muncul buah apel. “Ini adalah apel,” begitu narasinya. “Tetapi, beberapa gelintir orang akan berkata: itu pisang!”
Lalu teman-temannya akan berteriak, “Ya betul. Itu pisang. Pisang! Pisang! Pisang!” Terus menerus berulang-ulang.
Pikiran saya mengatakan, cara bicara orang yang "memaksa" kita menerima bahwa apel itu adalah pisang bisa berbeda-beda, “Benar itu pisang!” “Salah yang bilang itu apel.” “Berani taruhan berapa? Itu apel!” “Kalau warnanya kemerah-merahan begitu, ya itu pisang.”
Iklan layanan masyarakat buatan jaringan televisi berita terkenal itu lalu ditutup dengan kalimat, “Mereka terus mengatakan sampai Anda akhirnya mulai percaya: jangan-jangan itu benar pisang. Tetapi bukan! Itu adalah apel.”
Dahulukan fakta
Akhirnya CNN menulis dalam teks iklannya: Dahulukanlah fakta!
Hari-hari ini saya dan Anda terus dibombardir oleh pesan-pesan seperti itu. Seakan kita tengah dipaksa untuk mengakui segala yang benar itu salah, berkorban itu tidak perlu, pembangunan itu jahat, bangsa kita bodoh, dan sebaliknya segala yang salah itu benar. Dan lama-lama kita pikir benar semua hoaks itu...
Sebagai akademisi, pekerjaan saya dari dulu ya menguji validitas dan reliabilitas. Dan kini orang-orang yang kurang kuat mentalnya pun, sekalipun berpendidikan tinggi, bisa saja ketakutan dan mulai meracau bahwa apel itu adalah pisang.
Kita lihat saja kasus-kasusnya. Tahun lalu, "pisang"-nya adalah PKI, tapi tahun ini akan ditutup dengan isue BUMN.
Anda masih ingat, bukan? Tahun lalu itu uang rupiah cetakan baru yang akan keluar (dan kini pasti sudah ada di saku para penyebar hoax), diisukan mengandung logo "palu-arit," simbolnya partai komunis. Lalu presiden pun dituding PKI. Bahkan pertemuan biasa pun diisukan sebagai rapatnya PKI. Isue itu lalu meredup.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.