Tetapi, baiklah itu belum selesai!
Setelah isu bandara gagal, lalu isu jalan tol dan kini lebih seram lagi: holding buat dijual. Bak pesan iklan CNN tadi, sejumlah orang bersama-sama berteriak: "Itu buah apel (maaf, mungkin maksudnya: kemajuan yang telah dicapai tidak menyenangkan)."
Akses baru bagi masyarakat itu sumber kemiskinan. Segala yang diperbarui itu adalah untuk dijual. Bandara kita adalah yang terburuk, bukan menjadi lebih baik. Infrastruktur yang dibangun besar-besaran adalah penyebab kemiskinan dan merosotnya daya beli. Dan seterusnya.
Sayang kalau negara mendiamkan hal-hal begitu. Informasi harus dihadapi dengan infornasi yang sama deras dan jauh lebih berkualitas. Dan angka-angka saja tak pernah cukup. Sebab pangkalnya adalah paradigma, yaitu bagaimana manusia suatu bangsa melihat dan mempercayai angka. Jangan didiamkan.
Holding BUMN
Akhirnya, buah apel yang dibilang pisang itu adalah soal holding. Kita maklum, karena akhir tahun ini BUMN mulai menunjukkan hasil dari kerja gesit dan keberaniannya mengambil alih proyek-proyek berisiko. BUMN banyak membuka akses tersumbat dan proyek yang mangkrak.
Setelah memenangkan gugatannya tentang holding BUMN di Mahkamah Agung, maka Kementrian BUMN mulai merampungkan holding pertambangan.
Model holding ini pun, dokumen-dokumen rencana strategi tertulisnya sudah beredar luas sejak setahun yang lalu. Jadi para pakar bisa mengkajinya secara terbuka. Sayapun sering membahasnya dalam berbagai kelas yang saya asuh di kampus.
Lagi pula holding BUMN bukan hal yang baru, baik di dunia maupun di Indonesia.
Di Singapura, BUMN-BUMN kecil itu di-holding-kan di bawah bendera Temasek. Di Malaysia namanya Khazanah Nasional.
Sedangkan di tanah air kita semua sudah lama melihat Astra dan Sinarmas sebagai holding.
Di BUMN sudah lama ada holding semen (Semen Indonesia yang membawahi Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa).
Lalu juga sudah ada holding pupuk (PT Pupuk Indonesia Holding Company yang membawahi Pupuk Sriwidjaja, Petrokimia, Pupuk Kujang, Pupuk Kalimantan Timur, Pupuk Iskandar Muda, Rekayasa Industri, Mega Eltra, Asean Aceh Fertilizier, Hengam Petrochemical Company).
Holding itu, secara teoretis tujuannya adalah untuk membuat bangsa ini sejahtera melalui BUMN. Supaya kita tidak perlu belanja modal dan beli software-software mahal (untuk membentuk digital company) sendiri-sendiri. Belinya satu saja, lalu di-share beramai-ramai.
Holding itu juga kita perlukan untuk “menghadapi” lawan-lawan dari dunia global yang sudah terlalu kuat di sini. Di zaman ini, suatu bangsa haram "mengusir" dominasi asing dengan senjata atau nasionalisasi yang sempit.