Dominasi itu hanya bisa diatasi dengan cara-cara baru dan terhormat, yaitu keunggulan daya saing.
Kita tentu punya keinginan menguasai lumbung-lumbung emas besar yang dikuasai asing. Tapi kalau masing-masing perusahaan nasional bergerak sendiri-sendiri, mana mampu kita? Ini tentu beda kalau holding.
Kita juga tahu dari 70-an izin pengembangan smelter untuk mengolah tambang kekayaan nusantara di dalam negeri, baru 7 yang sudah mulai dibangun. Selama ini bahan-bahan mentah itu benar-benar mentah-mentah diangkut ke luar negeri. Indonesia dapat apa kalau BUMN-nya dibiarkan kecil-kecil dan tidak bersatu?
Dikabarkan pula BUMN itu di-holding-kan untuk memudahkan para oknum menjual anak-anak perusahaan kepada asing dan aseng tanpa pengawasan DPR!
Masya Allah, seperti itukah prasangka yang ditanamkan? Buah berwarna kemerah-merahan itu adalah apel, bukan pisang! Tak cukupkah kita melihat bahwa terbentuknya holding-holding terdahulu telah memperkuat industri kita?
Tak cukupkah kita menyaksikan bahwa tak ada satupun anak-anak perusahaan di lingkungan holding terdahulu (Semen dan Pupuk) yang dijual?
Kita perlu persatuan. Mempersatukan kekuatan BUMN-BUMN yang awalnya kecil-kecil sendiri-sendiri untuk membeli, bukan untuk menjual. Untuk menguasai, bukan untuk dikuasai.
Sekali lagi, dahulukan fakta. Kalau ada yang salah, minta diperbaiki. Bukan ditertawakan atau dijadikan bahan kampanye bisnis atau politik. Kalau mereka melanggar, tuntutlah lewat jalur hukum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.