Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Ketahanan Pangan dan Gizi Butuh Sikap Serius, Ini Dia Pilarnya...!

Kompas.com - 24/11/2017, 17:39 WIB
Josephus Primus

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan ketahanan pangan dan gizi meliputi penanganan yang kompleks. Di samping itu, pembangunan tersebut membutuhkan sikap serius.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengataka hal itu dalam acara workshop Pemantauan dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Regional Tengah dan Timur di Yogyakarta, hari ini, Jumat (24/11/2017).

Lantaran itulah, penanganan kerja sama yang harmonis multisektor adalah keharusan. Ada tiga isu utama menyangkut hal ini. Kesepakatan aksinya meliputi transformasi sistem pertanian pangan sesuai kondisi sekarang, masalah gizi masyarakat, dan ketersediaan lahan dan air.

Terhadap ketiga hal itu, para perencana program dan anggarannya, kata Agung, agar fokus pada daerah rentan rawan pangan.  "Di era global,  persaingan  terjadi di seluruh bidang usaha. Kualitas SDM merupakan faktor kunci dalam memenangkan persaingan, terutama menyiapkan SDM Indonesia yang sehat, berkualitas, dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi," jelas Agung.

Kekhawatiran terhadap rendahnya kualitas SDM, berawal pada masalah gizi saat usia dini. "Pendekatan yang efektif untuk memperbaiki status gizi adalah dengan melibatkan berbagai sektor terkait," lanjut Agung.

"Pemerintah berkomitmen, kita siap mencapai target SDG’s, menurunkan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja di pedesaan dan memberantas masalah terkait gizi buruk," kata Agung menegaskan.

Peraturan Presiden No. 83/2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi (KSPG) mengamanatkan penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) kepada seluruh kementerian teknis dan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Lima pilar RAN-PG sesuai Perpres 83/2017 (1). Perbaikan gizi masyarakat; (2). Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam; (3). Mutu dan keamanan pangan; (4). Perilaku hidup bersih dan sehat dan (5). Koordinasi pembangunan pangan dan gizi.

"Kelima pilar ini harus dilaksanakan secara komprehensif agar pembangunan pangan dan gizi dapat terwujud," tegas Agung lagi.

Ilustrasi roti dan karbohidratDS011 Ilustrasi roti dan karbohidrat

Karbohidrat
Ilustrasi. Ilustrasi.

Berdasarkan data pola konsumsi beras/nasi masih mendominasi porsi menu konsumsi masyarakat. Angkanya mencapai 60 persen. "Idealnya konsumsi beras/nasi hanya sebesar 50 persen agar dapat hidup lebih sehat, aktif dan produktif," jelas Agung.

Berangkat dari situlah, Agung mengajak agar masyarakat merubah pola pikir, bahwa beras bukan satu-satunya pangan sumber karbohidrat. "Banyak sumber pangan lokal seperti umbi-umbian, sukun, jagung, sagu dan lain-lain yang memiliki nilai gizi setara dengan beras," jelas Agung.

Untuk itu, Agung  mengharapkan seluruh daerah mengembangkan potensi sumber pangan lokal, khususnya peningkatan produksi bahan pangan sumber protein hewani, sayur, dan buah.

Pemenuhan kecukupan pangan dan gizi, harus didukung dengan peningkatan produksi yang bersifat ekponensial (tidak linier), dengan berbagai upaya seperti inovasi teknologi, intensifikasi, ekstensifikasi, pendampingan, penyediaan modal usaha, dan akses terhadap pasar.

Untuk mencukupi  kecukupan pangan dan gizi Badan Ketahanan Pangan Kementan memiliki beberapa program unggulan, antara lain Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Program Kawasan Mandiri pangan (KMP), dan Gerakan Diversifikasi Konsumsi Pangan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan dan perbaikan gizi mulai dari rumah tangga.

Dukungan penanganan masalah pangan dan gizi, tidak hanya oleh dinas yang menangani pangan dan kesehatan, juga mitra kerja dinas baik pemerintah (lintas SKPD) swasta bahkan lembaga masyarakat perlu dilibatkan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan gizi.

Acara ini dihadiri para kepala bappeda dari provinsi dan kabupaten, dan pembicara lain  Deputi Menteri PPN/Bappenas bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Fasli Jalal.

Aneka ubi dan umbi berpotensi menjadi sumber karbohidrat utama masyarakat di Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat, Maluku. Namun, selama ini ubi dan umbi masih dipanen, dijual, dan diolah dengan cara amat sederhana. Di Pulau Yamdena, September 2014, para petani tampak menggelar dagangan di tepi jalan sebanyak yang mereka hasilkan.KOMPAS/AGNES ARISTIARINI Aneka ubi dan umbi berpotensi menjadi sumber karbohidrat utama masyarakat di Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat, Maluku. Namun, selama ini ubi dan umbi masih dipanen, dijual, dan diolah dengan cara amat sederhana. Di Pulau Yamdena, September 2014, para petani tampak menggelar dagangan di tepi jalan sebanyak yang mereka hasilkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com