Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menperin: Indonesia Masuk Kategori Negara Industri

Kompas.com - 27/11/2017, 05:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, ekonomi Indonesia masuk dalam kategori sebuah negara industri.  Menurut dia, dengan kontribusi lebih dari 20 persen, sektor industrimerupakan kontributor terbesar bagi perekonomian nasional.

Hal itu disampaikan Airlangga saat orasi ilmiah pada Wisuda Universitas Muhammadiyah Malang ke-86 Periode IV Tahun 2017 di Malang, Sabtu (25/11/2017).

 “Capaian 20 persen sangatlah besar, sehingga Indonesia masuk dalam jajaran elit dunia. Dalam kategori manufacturing value added, Indonesia masuk dalam 10 besar dunia. Peringkat ini sejajar dengan Brasil dan Inggris serta lebih besar dari Rusia,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (26/11/2017).

Berdasarkan jumlah persentase tersebut, Indonesia masuk dalam jajaran lima besar negara-negara dunia yang kontribusi industrinya cukup tinggi. 

Baca juga: Menperin Minta Investor Tidak Khawatir Investasi di Tahun Politik

Ilustrasi. Sektor manufaktur. KOMPAS/HERU SRI KUMORO Ilustrasi. Sektor manufaktur.
Sektor Industri Inggris misalnya menyumbangkan sekitar 10 persen, sedangkan Jepang dan Meksiko di bawah Indonesia dengan capaian kontribusinya 19 persen.  “Bahkan, kita juga berada di atas Amerika Serikat,” sebutnya.

Dia menyebut, manufaktur merupakan sektor yang vital bagi perekonomian.  Hal ini seperti disepakati dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF), yang menyatakan bahwa industri adalah sebuah proses yang melibatkan pra-proses dan post-proses sebagai satu kesatuan. Dalam bahasa sederhananya, proses industri adalah yang terjadi di dalam dan luar pabrik.

“Keduanya tidak dapat dipisahkan. Maka dengan paradigma baru ini kontribusi industri Indonesia dapat mencapai lebih dari 30 persen. Tentu ini semakin menegaskan pentingnya industri bagi perekonomian nasional,” ucapnya.

Airlangga menyampaikan, kinerja industri kembali di atas pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2017.  "Ini merupakan momentum baik, yang harus dijaga bahkan perlu ditingkatkan lagi, seiring upaya pemerintah menciptakan iklim investasi yang kondusif dan kemudahan berusaha. Langkah ini perlu dijalankan secara sinergi di antara pemangku kepentingan," sebutnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan industri non-migas tumbuh sebesar 5,49 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,06 persen pada triwulan III/2017. 

Baca juga: Viral Foto Permen Kopiko dalam Pesawat Luar Angkasa, Ini Kata Mayora

Cabang industri yang mengalami pertumbuhan tinggi adalah industri logam dasar sebesar 10,6 persen, diikuti industri makanan dan minuman 9,49 persen, industri mesin dan perlengkapan 6,35 persen, serta industri alat transportasi 5,63 persen.

Menperin menambahkan, dalam kurun lima sampai 10 tahun ke depan, potensi industri juga diandalkan oleh negara-negara lain. Untuk itu, kunci sukses dalam industrialisasi terdapat tiga faktor utama, yaitu sumber daya manusia (SDM), modal atau investasi, dan teknologi.

“Peningkatan kompetensi SDM melalui pendidikan vokasi merupakan program prioritas pemerintah saat ini setelah pembangunan infrastruktur. Penyiapan SDM terampil bertujuan untuk membentuk dan menghasilkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri atau demand driven,” ungkap dia.

Oleh karenanya, Menperin mengimbau kepada para lulusan Universitas Muhammadiyah Malang sebagai generasi muda Indonesia, harus memacu kompetensinya dengan fasih berbahasa Inggris serta mampu memahami mengenai statistik dan coding. Ini menjadi salah satu prasyarat menghadapi era ekonomi digital.

“Nilai bisnis industri e-commerce Indonesia mencapai 12 miliar dollar AS. Peluang ini yang perlu segera dimanfaatkan. Apalagi, saat ini dunia digital menjadi solusi bagi semua sektor, termasuk di industri kecil dan menengah,” ungkapnya.

Kompas TV Pelaku industri otomotif seperti PT. Astra International mengalami penurunan penjualan mobil hingga 14 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com