Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Ingin Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap? Ini yang Harus Dipahami

Kompas.com - 27/11/2017, 07:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorErlangga Djumena

Fluktuasi Harga Obligasi dan NAB per Up Reksa Dana

Harga obligasi bisa naik atau turun tergantung pada perubahan tingkat suku bunga acuan, perubahan rating / kemampuan bayar perusahaan, hingga pengaruh permintaan dan penawaran pasar.

Meski demikian, ketika jatuh tempo, harga obligasi akan selalu kembali ke harga nominal atau 100 karena perusahaan penerbit obligasi akan mengembalikan pokok sesuai nominal. Oleh karena itu, harga obligasi di pasar juga akan mendekati 100 ketika sudah mau jatuh tempo.

Hal ini berbeda dengan reksa dana pendapatan tetap yang tidak memiliki waktu jatuh tempo. Untuk itu, harga reksa dana pendapatan tetap tidak bisa kembali ke harga awal yaitu 1.000 setelah obligasinya jatuh tempo.

Perubahan harga reksa dana tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi. Jika hasil pengelolaannya baik, seharusnya harga reksa dana akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Dampak Perubahan Inflasi dan Suku Bunga

Secara teori perubahan suku bunga memiliki dampak yang terbalik terhadap harga obligasi, ketika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan ketika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.

Jika harga obligasi naik, maka harga reksa dana pendapatan tetap juga akan naik dan sebaliknya. Penurunan harga obligasi terkadang bisa lebih besar dari kupon obligasi yang dibagikan sehingga jika berdampak pada kinerja reksa dana yang negatif.

Salah satu faktor penting yang menentukan perubahan tingkat suku bunga adalah besaran inflasi. Umumnya bank sentral akan menentukan tingkat suku bunga acuan di atas tingkat inflasi untuk menjaga daya beli dan kurs nilai tukar tetap stabil.

Situasi yang berdampak positif untuk obligasi dan reksa dana pendapatan tetap adalah ketika inflasi rendah dan terkendali serta tingkat suku bunga turun atau stabil rendah. Sebaliknya ketika inflasi naik dan di luar kendali begitu pula dengan tingkat suku bunga, akan berdampak negatif terhadap harga obligasi.

Yield to Maturity

Yield to maturity  (YTM) adalah tingkat imbal hasil yang diperoleh investor apabila memegang suatu obligasi hingga jatuh tempo yang berasal dari kupon dan selisih harga obligasi. Besaran YTM biasanya dinyatakan dalam persentase.

Dalam memilih obligasi, yang menjadi acuan manajer investasi bukanlah kupon yang besar atau harga obligasi yang terdiskon, akan tetapi YTM yang sesuai dengan strategi investasinya.

Kupon yang besar jika harganya sangat premium (di atas 100) akan menurunkan imbal hasil secara keseluruhan karena investor untung dari kupon dan rugi dari selisih harga. Untuk obligasi yang harganya terdiskon (di bawah 100) tetapi jika kuponnya kecil, secara keseluruhan investor juga tidak mendapat keuntungan yang sesuai target.

Besaran YTM bukan merupakan indikasi reksa dana pendapatan tetap karena manajer investasi umumnya tidak memegang obligasi hingga jatuh tempo namun memperdagangkan secara aktif mengikuti kondisi pasar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com