Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Ingin Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap? Ini yang Harus Dipahami

Kompas.com - 27/11/2017, 07:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorErlangga Djumena

KOMPAS.com - Selama 2016 dan 2017, jenis reksa dana pendapatan tetap menunjukkan kinerja yang sangat baik, bahkan lebih baik dibandingkan reksa dana saham. Meski demikian, investor tetap perlu memahami risiko dan cara kerja reksa dana ini.

Reksa dana pendapatan tetap adalah jenis reksa dana yang kebijakan investasinya minimal 80 persen ditempatkan ke obligasi. Obligasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan saham sehingga diperlukan analisa yang berbeda pula.

Berikut hal-hal yang harus investor pahami sebelum berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap:

Kupon dan Kebijakan Bagi Hasil Reksa Dana

Obligasi dikenal sebagai instrumen yang memberikan pendapatan yang tetap dalam persentase tertentu yang disebut dengan kupon. Pembagian kupon dilakukan setiap 3 bulan untuk obligasi korporasi dan setiap 6 bulan untuk obligasi pemerintah.

Meski demikian, kebanyakan reksa dana pendapatan tetap umumnya memiliki kebijakan untuk mereinvestasikan kupon tersebut. Artinya kupon yang diterima dari investasi obligasi selanjutnya digunakan lagi untuk berinvestasi sehingga menambah harga reksa dana atau Nilai Aktiva Bersih per Unit (NAB per Up).

Terdapat reksa dana pendapatan tetap yang membagikan dividen setiap bulannya, namun perlu dipahami bahwa pembagian dividen akan membuat NAB per Up reksa dana mengalami penurunan.

Baca juga: Apa Produk Investasi Reksa Dana yang Paling Diminati Kaum Milenial?

Grafik: Rasio Nilai Investasi Reksa Dana di Pasar Modal terhadap PDB & Jumlah Investor terhadap Populasi Penduduk, 2015 (dalam %)Bareksa.com Grafik: Rasio Nilai Investasi Reksa Dana di Pasar Modal terhadap PDB & Jumlah Investor terhadap Populasi Penduduk, 2015 (dalam %)

Jatuh Tempo dan Kebijakan Investasi

Meski obligasi memiliki jatuh tempo, reksa dana pendapatan tetap yang berinvestasi pada obligasi tidak memiliki waktu jatuh tempo. Yang dilakukan oleh manajer investasi ketika obligasi dalam reksa dana jatuh tempo adalah menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi pada obligasi yang baru.

Tidak tertutup kemungkinan juga ketika suatu obligasi belum jatuh tempo, manajer investasi menjual obligasi tersebut karena menemukan opsi obligasi yang lebih baik atau ada permintaan pencairan dari investor reksa dana.

Rating Obligasi

Untuk reksa dana yang berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan perusahaan, salah satu risiko terbesar adalah jika perusahaan tersebut gagal bayar. Kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban obligasinya diseragamkan oleh perusahaan pemeringkat dalam bentuk rating.

Terdapat beberapa lembaga yang menetapkan rating obligasi seperti PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Fitch Rating Indonesia yang berspesialisasi pada obligasi korporasi. Ada pula lembaga rating internasional yang fokus pada obligasi negara seperti Standard & Poors, Fitch Rating, Moody Investor Service, Japan Credit Rating Agency, dan Rating and Investment Information Inc.

Rating dapat dibagi menjadi kategori layak investasi (Investment Grade) yaitu dari AAA, AA, A dan BBB serta tidak layak investasi (Non Investment Grade) dari BB, B, CCC, CC, C dan Default.

Semakin baik kemampuan bayar suatu perusahaan, maka otomatis ratingnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Namun di satu sisi, umumnya perusahaan dengan rating yang baik akan membayarkan kupon lebih kecil dibandingkan perusahaan yang ratingnya lebih rendah.

Baca juga : Apa Dampak Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana?

Proses Pengelolaan Reksa Dana Oleh Manajer Investasi- Proses Pengelolaan Reksa Dana Oleh Manajer Investasi

Fluktuasi Harga Obligasi dan NAB per Up Reksa Dana

Harga obligasi bisa naik atau turun tergantung pada perubahan tingkat suku bunga acuan, perubahan rating / kemampuan bayar perusahaan, hingga pengaruh permintaan dan penawaran pasar.

Meski demikian, ketika jatuh tempo, harga obligasi akan selalu kembali ke harga nominal atau 100 karena perusahaan penerbit obligasi akan mengembalikan pokok sesuai nominal. Oleh karena itu, harga obligasi di pasar juga akan mendekati 100 ketika sudah mau jatuh tempo.

Hal ini berbeda dengan reksa dana pendapatan tetap yang tidak memiliki waktu jatuh tempo. Untuk itu, harga reksa dana pendapatan tetap tidak bisa kembali ke harga awal yaitu 1.000 setelah obligasinya jatuh tempo.

Perubahan harga reksa dana tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi. Jika hasil pengelolaannya baik, seharusnya harga reksa dana akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Dampak Perubahan Inflasi dan Suku Bunga

Secara teori perubahan suku bunga memiliki dampak yang terbalik terhadap harga obligasi, ketika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan ketika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.

Jika harga obligasi naik, maka harga reksa dana pendapatan tetap juga akan naik dan sebaliknya. Penurunan harga obligasi terkadang bisa lebih besar dari kupon obligasi yang dibagikan sehingga jika berdampak pada kinerja reksa dana yang negatif.

Salah satu faktor penting yang menentukan perubahan tingkat suku bunga adalah besaran inflasi. Umumnya bank sentral akan menentukan tingkat suku bunga acuan di atas tingkat inflasi untuk menjaga daya beli dan kurs nilai tukar tetap stabil.

Situasi yang berdampak positif untuk obligasi dan reksa dana pendapatan tetap adalah ketika inflasi rendah dan terkendali serta tingkat suku bunga turun atau stabil rendah. Sebaliknya ketika inflasi naik dan di luar kendali begitu pula dengan tingkat suku bunga, akan berdampak negatif terhadap harga obligasi.

Yield to Maturity

Yield to maturity  (YTM) adalah tingkat imbal hasil yang diperoleh investor apabila memegang suatu obligasi hingga jatuh tempo yang berasal dari kupon dan selisih harga obligasi. Besaran YTM biasanya dinyatakan dalam persentase.

Dalam memilih obligasi, yang menjadi acuan manajer investasi bukanlah kupon yang besar atau harga obligasi yang terdiskon, akan tetapi YTM yang sesuai dengan strategi investasinya.

Kupon yang besar jika harganya sangat premium (di atas 100) akan menurunkan imbal hasil secara keseluruhan karena investor untung dari kupon dan rugi dari selisih harga. Untuk obligasi yang harganya terdiskon (di bawah 100) tetapi jika kuponnya kecil, secara keseluruhan investor juga tidak mendapat keuntungan yang sesuai target.

Besaran YTM bukan merupakan indikasi reksa dana pendapatan tetap karena manajer investasi umumnya tidak memegang obligasi hingga jatuh tempo namun memperdagangkan secara aktif mengikuti kondisi pasar.

Modified Duration

Modified duration adalah tingkat sensitivitas perubahan harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga. Secara teori, perubahan tingkat suku bunga akan berdampak terhadap perubahan harga obligasi. Namun tidak semua obligasi mengalami perubahan harga yang sama.

Besaran perubahan harga ditentukan oleh besarnya Modified Duration (MD). Sebagai contoh, jika besarnya MD adalah 5, maka ketika suku bunga turun 1 persen, harga obligasi dalam reksa dana pendapatan tetap tersebut berpotensi naik 5 persen. Sebaliknya ketika suku bunga naik 1 persen, maka harga obligasi berpotensi turun 5 persen.

Dalam kondisi suku bunga dan inflasi yang turun dan terkendali, umumnya manajer investasi akan mengambil strategi durasi panjang untuk memaksimalkan kenaikan harga obligasi. Sebaliknya ketika suku bunga dan inflasi turun dan fluktuatif, umumnya manajer investasi akan mengambil strategi durasi pendek untuk meminimalkan tingkat risiko.

Sebagai gambaran, MD antara 1 – 3 bisa dikategorikan sebagai risiko rendah, 3 – 5 sebagai risiko menengah dan > 5 sebagai risiko tinggi.

Semoga bermanfaat.

Baca juga: Ini Beda Investasi Langsung pada Obligasi dan Reksa Dana Pendapatan Tetap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com