Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Sri Mulyani, Ini Risiko Utama Perekonomian Dunia

Kompas.com - 29/11/2017, 15:57 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, perekonomian dunia mengalami peningkatakan pada tahun 2017. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi global tidak lebih tinggi dibandingkan periode sebelum krisis keuangan global tahun 2007-2008.

Sri mengungkapkan, sebelum krisis global, pertumbuhan ekonomi dunia sebelum krisis ekonomi global bisa lebih dari 4 persen. Akan tetapi, pada tahun 2017, proyeksi pertumbuhan ekonomi global direvisi ke bawah dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen.

Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan lebih kuat, diprediksi mencapai 3,6 persen. Meskipun demikian, masih ada sejumlah risiko dan tantangan yang harus dihadapi.

"Pertama, masalah politik. Pada tahun 2017 ini banyak terjadi pemilu di berbagai belahan dunia. Isu yang menjadi pembahasan dan menyebabkan pemimpin terpilih atau tidak di negara maju adalah kental dengan nasionalisme dan inward-looking," ujar Sri saat menyampaikan pidato kunci pada acara Kompas 100 CEO Forum, Rabu (29/11/2017).

Baca juga: Apa Rubrik Favorit Sri Mulyani di Kompas?

Selain itu, muncul pula sentimen nasionalisme. Ini tertular ke kebijakan perdagangan yang cenderung proteksionis.

Kedua, arah kebijakan moneter di sejumlah negara maju, yakni AS, Eropa, Jepang, dan China. Sejumlah negara tersebut akan secara bertahap mengurangi kebijakan moneter yang selama ini longgar untuk menahan dampak krisis global.

Pada akhirnya, kondisi tersebut berdampak bagi negara berkembang yang ahrus menghadapi suku bunga global yang lebih tinggi.

Ketiga, kondisi geopolitik. Sri menyatakan, dalam beberapa waktu terakhir ada sejumlah peristiwa yang memicu ketegangan geopolitik di beberapa negara di dunia.

"Korea Utara baru saja meluncurkan misil. Arab Saudi (mengalami konflik) di internal maupun dengan Iran dan gulf state (negara-negara Teluk) lainnya," ungkap Sri.

Kondisi geopolitik akan mempengaruhi harga komoditas, baik minyak maupun komoditas lain yang dianggap sebagai tempat "mengamankan" asetnya, seperti emas. Pada saat yang sama, pemulihan ekonomi global juga membuat harga komoditas naik.

Keempat, perubahan iklim. Hal ini terkait dengan perubahan iklim, pola cuaca, dan bencana alam yang terjadi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia yang memang berlokasi di lingkaran api.

Kelima, perubahan teknologi. Kondisi ini diakui Sri merupakan suatu kesempatan, namun pada saat yang sama juga merupakan tantangan.

"Perubahan teknologi adalah kesempatan yang jika tidak disikapi bisa menjadi tantangan terhadap perekonomian dunia. Ini akan terus menjadi topik penting di tahun-tahun ke depan," tutur Sri.

Kompas TV Dirjen Pajak Ken Diwgugia Setiadi akan memasuki usia ensiun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com