Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Nelayan Diajak Ikut Membudidayakan Kakap Putih

Kompas.com - 06/12/2017, 12:51 WIB
Kurniasih Budi

Penulis


SABANG, KOMPAS.com - Pemerintah akan melibatkan kelompok-kelompok nelayan untuk mengembangkan budidaya ikan kakap putih dalam keramba jaring apung lepas pantai (KJA offshore) di Sabang, Nangroe Aceh Darussalam.

Syaratnya, kelompok nelayan membentuk koperasi yang nantinya dapat bekerja sama dengan PT Perikanan Nusantara (Persero) yang merupakan pemenang tender pengadaan KJA offshore. Selain itu, koperasi nelayan mesti memiliki modal untuk menjalankan usaha pendederan benih ikan.

“Masyarakat akan menerima benefit dengan kerjasama pendederan. Itu diperlukan pembesaran dan seleksi. Sementara, benihnya sudah disediakan pemerintah. Untuk membesarkannya, kami libatkan masyarakat,” kata Direktur Perbenihan Coco Korkina Soetrisno saat berkunjung ke Teluk Keunekai, Sabang, Sabtu (2/12/2017).

Baca: Keramba Jaring Apung Lepas Pantai Bakal Beroperasi Akhir Tahun Ini


KJA offshore yang tengah dibangun pemerintah berada di tiga lokasi yaitu Karimunjawa, Sabang, dan Pangandaran. Adapun KJA offshore di Teluk Keunekai, Kota Sabang, Nangroe Aceh Darussalam ditargetkan rampung di penghujung 2017.

Saat ini, materi keramba asal Norwegia telah berada di Indonesia dan tengah dirakit. Hingga Sabtu (2/12/2017), sudah dua dari delapan keramba yang telah selesai dirakit.

Pemerintah bakal membuka KJA offshore sebulan sekali bagi swasta, masyarakat, dan akademisi untuk mempelajari teknologi pembudidayaan ikan kakap putih. Dengan begitu, masyarakat juga bisa belajar untuk ikut membudidayakan ikan kakap dengan cara dan kemampuan mereka sendiri.

Kakap putih komoditas ekspor andalan

Meski sulit ditemukan di wilayah laut Sabang, pemerintah memilih kakap putih atau barramundi untuk dibudidayakan.

Pasar kakap putih mulai dari Asia, Timur Tengah, Amerika Serikat, Australia, hingga Eropa. Ikan kakap putih juga bisa diekspor dalam bentuk ikan hidup, ikan segar, maupun dalam bentuk fillet.

Menurut Coco, ikan kakap putih bisa hidup di air laut, air payau, maupun air tawar.  Barramundi juga bisa makan ikan recah mau pun pelet dengan kualitas gizi tinggi  atau pun rendah.

“Tapi makin bergizi pelet yang dimakan, maka akan semakin cepat dia tumbuh besar. Kalau di (Teluk) Keunekai banyak ikan recah atau usus-usus ikan yang terbuang, bisa digunakan untuk mensubstitusi agar mendapat harga pakan yang murah,” ujarnya.

Direktur Perbenihan Kementerian Kelautan dan Perikanan Coco Korkina Soetrisno berbicara dengan kelompok nelayan Teluk Keunekai terkait pembangunan keramba jaring apung lepas pantai di Teluk Keunekai, Sabang, Nangroe Aceh Darussalam, yang akan mulai beroperasi akhir tahun ini.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Direktur Perbenihan Kementerian Kelautan dan Perikanan Coco Korkina Soetrisno berbicara dengan kelompok nelayan Teluk Keunekai terkait pembangunan keramba jaring apung lepas pantai di Teluk Keunekai, Sabang, Nangroe Aceh Darussalam, yang akan mulai beroperasi akhir tahun ini.

Kakap putih dipilih untuk dibudidayakan karena mudah dipelihara, jenis penyakitnya sedikit, dan mudah beradaptasi dengan berbagai jenis pakan.

Sementara, ikan kerapu yang merupakan ikan karang di Sabang cenderung diminati pasar dalam bentuk ikan hidup. Pasar ekspornya pun terbatas di China dan Hongkong.

“Kalau ikan kerapu diberi pakan pelet, mungkin baru bisa beradaptasi 2 atau 3 bulan. Kalau kakap ini rombongan, kita beri pakan, asal yang atas makan, yang lain makan, ikan yang ikut-ikutan,” tuturnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan memprioritaskan pembangunan perikanan budi daya melalui proyek KJA offshore. Adapun anggarannya mencapai Rp42,1 miliar dari APBN 2017. KKP menargetkan produksi kakap putih 2.415 ton dari ketiga Iokasi KJA atau setara dengan Rp169,2 miliar per tahun.

Nelayan dilibatkan

Presiden RI Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional Kemaritiman medio tahun ini mengajak masyarakat beralih dari perikanan tangkap ke budi daya perikanan laut. Selama ini, budi daya perikanan laut belum ditekuni nelayan Indonesia.

"Bukan barang mahal, hanya Rp47 miliar. Kalau kita belum bisa kerjakan sendiri, kerja samakan, biar ada transfer of knowledge. Tanpa itu kita tidak akan pernah meloncat. Kita itu terlalu rutinitas, terlalu monoton, terlalu linier, padahal dunia berubah cepat sekali," katanya

Panglima Laut Sabang Muhammad Ali Rani mengatakan pengelolaan KJA offshore sepenuhnya berada di tangan pemerintah. Keterlibatan kelompok nelayan rencananya hanya dalam proses pendederan.

Panglima Laut Sabang Muhammad Ali Rani meminta pemerintah untuk membantu kelompok nelayan sesuai dengan kebutuhan riil nelayan, seperti tersedianya pabrik es, alat tangkap yang terkini, SPBU khusus nelayan. Selain itu, stabilitas harga ikan mesti dijaga agar kesejahteraan nelayan tak anjlok saat musim panen.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Panglima Laut Sabang Muhammad Ali Rani meminta pemerintah untuk membantu kelompok nelayan sesuai dengan kebutuhan riil nelayan, seperti tersedianya pabrik es, alat tangkap yang terkini, SPBU khusus nelayan. Selain itu, stabilitas harga ikan mesti dijaga agar kesejahteraan nelayan tak anjlok saat musim panen.

Kerjasama pemerintah dengan kelompok nelayan melalui koperasi juga berpotensi terhambat. Hingga kini, tak semua kelompok nelayan di Sabang memiliki koperasi. Keterbatasan modal menjadi salah satu penghambatnya.

"Tidak semua kelompok nelayan ini memiliki koperasi," ujarnya di Teluk Balohan, Sabang, Sabtu (2/12/2017).

Panen perdana akhir tahun depan

Bila perakitan rampung akhir tahun ini, KJA offshore bisa langsung beroperasi. Dalam hitungan kurang dari setahun, kakap putih bisa dipanen akhir tahun depan.

Hasil panen perdana itu akan diekspor ke sejumlah negara yang menawar dengan harga terbaik.

Pemerintah menyediakan perahu berbahan fiber glass untuk kelompok-kelompok nelayan di Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. Perahu yang tengah dibuat badannya tersebut akan dilengkapi dengan mesin buatan Jepang. Para nelayan di Teluk Balohan, Sabang juga dilibatkan dalam proses pembuatan perahu tersebut, Sabtu (2/12/2017).KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Pemerintah menyediakan perahu berbahan fiber glass untuk kelompok-kelompok nelayan di Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. Perahu yang tengah dibuat badannya tersebut akan dilengkapi dengan mesin buatan Jepang. Para nelayan di Teluk Balohan, Sabang juga dilibatkan dalam proses pembuatan perahu tersebut, Sabtu (2/12/2017).

Ukuran kakap putih yang diminati pasar ekspor yaitu 600 gram, 800 gram, hingga 2.500 gram. Ikan ukuran 600 gram itu ukuran satu piring, untuk satu orang makan. Sedangkan, kakap putih berbobot 800 gram bisa untuk makan dua orang.

Sementara, Barramundi dengan berat 2.500 gram digunakan untuk fillet. Dengan ukuran yang lebih besar, kakap putih ini membutuhkan waktu pemeliharaan dua tahun. “Itu juga harganya premium yang besar,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com