Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Inovasi yang Melokal, Kunci Kesuksesan Startup di Asia Tenggara

Kompas.com - 11/12/2017, 19:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

  • Pada 2017, perusahaan teknologi di Asia Tenggara meraih 6,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 88 triliun dalam laporan penyertaan modal, meningkat dua kali lipat dibandingkan pada 2016.
  • Saat menjalankan bisnis dengan konsep dasar yang sama, perusahaan startup teknologi di Asia Tenggara semakin berkembang dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap konteks lokal.
  • Ketika perusahaan-perusahaan di negara Barat bersaing dengan perusahaan-perusahaan Asia Tenggara di negara asal mereka, beradaptasi dengan konteks lokal telah menjadi cara untuk terus berinovasi.


QUANG Khai, Wakil Presiden Eksekutif perusahaan raksasa asal Vietnam, VNG (dulunya bernama Vinagames) telah membuat debut publiknya dengan tipikal gaya "teknologi".

Saat menjadi mahasiswa jurusan ilmu komputer, Quang pernah mencoba untuk meretas jaringan perusahaan teknologi terbesar di Vietnam, FPT.

Peretasan tersebut menarik perhatian petinggi FPT, yang sangat terkesan dengan kemampuan teknik Quang Khai, hingga kemudian dia dipekerjakan di sana saat itu juga.

Berbicara tentang kejadian tersebut bertahun-tahun kemudian, Quang yang kini berusia 38 tahun mengklaim bahwa, "Saya dulu tidak 'nakal'. Saya hanya ingin menyelidiki sistem tersebut, murni hanya karena rasa penasaran."

Saat ini, Quang Khai menjadi bagian dari pimpinan sebuah perusahaan yang memiliki lebih dari 2.000 karyawan dan diproyeksikan dapat menghasilkan lebih dari 180 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,4 triliun pada 2017.

Perusahaan tersebut mungkin segera menjadi perusahaan terbuka Vietnam pertama di luar negeri, setelah mengajukan penawaran saham perdana di New York City pada awal tahun ini.

Salah satu produk utama VNG adalah aplikasi pesan Zalo yang dikembangkan sendiri oleh Quang Khai. Aplikasi ini telah memiliki lebih dari 70 juta pelanggan.

Quang Khai (kiri), Executive Vice-President VNG di Vietnam. Dok Karim Raslan Quang Khai (kiri), Executive Vice-President VNG di Vietnam.
Sifat rasa ingin tahu Quang Khai sudah lama ada di dalam dirinya. "Saya lahir pada 1979,” Quang mengawali kisah hidupnya.

“Ibu saya adalah seorang penjual jam, sedangkan ayah saya seorang kritikus sastra, jadi dulu kami memiliki perpustakaan besar di rumah. Saya menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku. Kedua orangtua saya sangat sibuk, jadi saya hanya bermain sendiri dengan perangkat-perangkat yang saya miliki," kata Quang.

“Ketika saya masih muda, salah satu dawai yang saya mainkan adalah konsol gim Nintendo. Saya pergi ke toko rental dan menyewanya per jam,” paparnya.

Tumbuh di masa Doi Moi, reformasi menuju dimulainya liberalisasi ekonomi Vietnam, Quang Khai adalah bagian dari generasi yang melihat pesatnya perkembangan teknologi baru.

"Komputer pertama yang saya lihat ada di dalam sebuah bank. Pada saat itu, bank-bank masih sangat baru di Vietnam. Saya masuk ke sana dan melihat banyak orang duduk di depan komputer dan bekerja dengan alat itu. Itu membuatku terpesona," katanya.

“Pada 1992, orangtua saya membelikan saya komputer pertama saya. Harganya 1.200 dollar AS atau sekitar Rp 16.254.000 (kurs saat ini). Ibu saya mengatakan bahwa harganya setengah dari harga sebuah apartemen,” kenang Quang.

Pada 1996 setelah lulus dari sekolah menengah atas, Quang Khai melanjutkan kuliah jurusan teknologi informasi di University of Hanoi. Di sanalah Quang memelajari intranet, sebuah jaringan lokal yang tidak terhubung ke jaringan di seluruh dunia.

"Sebelum intranet, saya hanya dapat berkomunikasi dengan orang-orang di kota yang sama. Sistemnya sangat terbatas. Tetapi dengan intranet, seratus orang bisa terhubung ke Hanoi, seratus lainnya ke Saigon. Dua ratus orang dari dua kota yang berbeda dapat berkomunikasi bersama. Sebelumnya, hal itu tidak mungkin dilakukan. Itu sangat luar biasa," kata Quang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com