Baru pada 1998, Quang Khai dapat memperoleh akses ke internet global. Saat itu, Quang telah bekerja dengan FPT.
"Saya bekerja untuk menulis keseluruhan sistem yang belum dikembangkan di internet, jadi semua orang dapat terhubung dengan itu dan bukan hanya orang-orang dengan sistem khusus mereka. Saya adalah orang pertama di Vietnam yang bekerja dengan internet," Quang menekankan.
Setelah lulus sarjana, Quang Khai bekerja selama empat tahun dan kemudian mendapatkan beasiswa kuliah di Columbia University, New York, untuk mengambil gelar master. Sekembalinya dari kuliah pascasarjana, Quang bergabung dengan VNG yang dulunya bernama Vinagames.
Quang Khai mulai membuat layanan online seperti layanan musik, Zingmp3 dan jejaring sosial, Zingme. Baru pada 2012, Quang mulai mengerjakan aplikasi andalan VNG, Zalo.
"Itu adalah perjuangan yang berat karena pada awal 2013, aplikasi Wechat telah memiliki satu juta pengguna dan Line sangatlah kuat. Kami perlu memilih mana yang menguntungkan kami sendiri dan bermain di area kami," papar Quang.
"Itu satu-satunya kesempatan kami untuk bertahan. Layanan mobile internet di Vietnam masih belum cukup stabil. Jadi, kami fokus membuat Zalo yang cepat dengan hasil terbaik. Kami ingin memastikan bahwa saat Anda mengirim pesan, maka penerima akan mendapatkannya dalam waktu sesingkat mungkin," kata Quang.
Terkadang Quang ingin menambahkan lebih banyak fitur. "Namun, saya bersikeras bahwa kami perlu fokus pada kecepatan. Bahkan alangkah baiknya jika kami dapat membuatnya berjalan seperseribu detik lebih cepat," ujar Quang.
Empat tahun kemudian, dengan lebih dari 35 juta pengguna aktif, Zalo mendominasi pasar Vietnam.
Cara Zalo menuju kesuksesan dengan beradaptasi terhadap lingkungan setempat merupakan cerita yang telah dikenal di seluruh Asia Tenggara.
Perusahaan Indonesia, Gojek, dengan cerdik menyadari bahwa dengan sepeda motor yang tersebar di mana-mana dan bergerak lebih gesit, adalah sebuah terobosan penting di negara yang memiliki jalanan sangat padat ini. Gojek dibangun di atas fondasi sebuah kerajaan transportasi, pengiriman barang, dan pembayaran elektronik.
Saat ini, para analis memperkirakan perusahaan tersebut bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 40 triliun.
Dalam lingkup yang lebih kecil, di Filipina ada Xeleb, yang membuat sebuah gim berdasarkan karakter para selebriti di negara tersebut.
Sebaliknya, perusahaan raksasa Amerika Serikat, Uber yang pada awalnya seperti akan mendominasi pasar Amerika Serikat, bendera keberuntungannya justru ternoda dengan beberapa kasus pelanggaran undang-undang setempat, menyinggung para serikat pekerja, dan dianggap seperti "asing".
Dari Zalo hingga Xeleb, para inovator dari Asia Tenggara sedang mencoba menaklukan persaingan dengan berpegang pada sebuah mantera yang tidak pernah mati yakni, konteks adalah raja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.