Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat 3 Profesor Malaysia Bicara Durian Indonesia

Kompas.com - 14/12/2017, 22:22 WIB
Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Tiga profesor dari Malaysia berbicara soal mutu pertanian di Taufik Kupi 2, Kota Lhokseumawe, Kamis (14/12/2017). Mereka Prof Mohammad bin Usman dan Prof Suhaimi Nafis (Universiti Putra Malaysia), dan Prof Faridah Noor Mohd Noor (Universiti Malaysia).

“Indonesia dan Malaysia memiliki kemiripan soal sawit, durian dan padi. Indonesia lahan sawit luas, tapi produktivitasnya rendah. Itu karena bibit yang digunakan tidak bagus, bibit yang dipakai rakyat adalah yang jatuh dari pohonnya,” kata Prof Mohammad, dalam diskusi bersama puluhan kepala desa dan petani di kafe itu.

Kunjungan ketiga guru besar itu ke Aceh dalam acara lawatan ilmiah ini diinisiasi oleh Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kota Lhokseumawe dan DeRe Indonesia.

“Saya senang ketika pemerintah membuat program besar-besaran peremajaan lahan sawit rakyat dan menjaga kualitas bibitnya. Bibit harus diambil yang bermutu, itu pula yang membuat kualitas sawit Malaysia lebih bagus,” terangnya.

Baca juga : Malaysia Berupaya Kuasai Pasar Durian di China

Mohammad menyebutkan, saat ini luas lahan sawit Indonesia sampai 12 miliar hektar. Diperkirakan akan bertambah menjadi 14 miliar hektar. “Kalau ini tidak dirawat dengan bagus, maka rugi saja lahan luas, tapi hasilnya kecil,” katanya.

Dia juga membandingkan durian Indonesia dan Malaysia. Malaysia dikenal dengan durian king. Di Thailand, hanya ada empat jenis durian. Sedangakan di Indonesia terdapat ratusan jenis durian, namun tidak ada yang bisa merajai di dunia.

Durian harus terbatas jenisnya. Agar bisa kita jaga kualitasnya, karena beda jenis, beda perawatan, itu terpenting dulu. Saya pikir Indonesia bisa memikirkan gaya Malaysia atau Thailand soal durian ini,” sebutnya.

Sektor padi, sambungnya, tantangan terberat di Asia Tenggara yaitu sedikit sekali generasi muda ingin menjadi petani. Di Malaysia, sambungnya, menanam padi tidak lagi dengan cara menanam. “Itu karena jumlah petani sedikit sekali. Petani Malaysia sekarang caranya menabur. Ditabur begitu saja, bisa bayangkan kualitasnya,” katanya.

Dia berharap, pemerintah fokus meningkatkan kualitas produksi pertanian dengan pendekatan teknologi. Jika tidak, hasil pertanian akan minim dan masyarakat akan meninggalkan pertanian.

“Kita harus berpikir keras meningkatkan kualitas pertanian ini. Saya pikir, pemerintah harus bekerjasama dengan kampus untuk meningkatkan kualitas ini secara serius,” ucapnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com