KARANGASEM, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (menkeu) Sri Mulyani menyambut positif kerja sama tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand untuk menggunakan mata uang lokalnya dalam transaksi perdagangan.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) meneken kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency settlement framework) untuk transaksi dagang antarnegara dengan Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand pada Senin (11/12/2017) lalu.
Menurut Sri Mulyani, kesepakatan tiga negara tersebut merupakan kesepakatan yang dipandang strategis oleh tiga negara tersebut berdasarkan komposisi kebutuhan.
Untuk Indonesia, kata Sri, pemerintah akan terus melihat dari sisi neraca perdagangan, dari sisi necara investasi dan capital flow dan kebutuhan-kebutuhan ke depan.
Baca juga : Ekspor-Impor Pakai Rupiah, Ringgit dan Baht, Apa Manfaatnya?
"Jadi mendiversifikasikan (mata uang) baik dari sisi utang, maupun dari sisi investsi perdagangan yang tidak tergantung hanya kepada satu negara tujuan atau currency itu memang yang terus kita lakukan," kata Sri Mulyani, usai melakukan tinjauan ke pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, pada Jumat (22/12/2017) bersama Gubernur BI Agus Martowardojo dan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan.
Sri menambahkan, pada dasarnya suatu negara yang memiliki diversifikasi berarti dia memiliki kemampuan untuk bertahan bila ada disruption atau ada shock dari satu pihak.
"Indonesia juga melakukan (diversifikasi), selama ini kita melakukan pada saat situasi ekonominya mengalami ekskalasi. Indonesia melakukan dengan Jepang, Eropa, China sehingga kita memiliki pilihan dan itu adalah sesuatu yang sehat," pungkas Sri.
Manfaat
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam kesempatan yang sama mengatakan, kesepakatan tersebut berguna untuk mengurangi dominasi dollar AS dalam transaksi perdagangan yang masih tinggi. Sehingga, rupiah akan lebih stabil.
Baca juga : 90 Persen Kegiatan Ekspor Indonesia Masih Gunakan Dollar AS
Dia memaparkan, saat ini 94 persen ekspor Indonesia masih menggunakan dollar AS, sementara 76 persen impor Indonesia juga masih dalam dollar AS.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.