Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandangan Sri Mulyani tentang Ekspor-Impor Pakai Rupiah, Ringgit dan Baht

Kompas.com - 24/12/2017, 17:18 WIB
Aprillia Ika

Penulis

KARANGASEM, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (menkeu) Sri Mulyani menyambut positif kerja sama tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand untuk menggunakan mata uang lokalnya dalam transaksi perdagangan.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) meneken kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency settlement framework) untuk transaksi dagang antarnegara dengan Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand pada Senin (11/12/2017) lalu.

Menurut Sri Mulyani, kesepakatan tiga negara tersebut merupakan kesepakatan yang dipandang strategis oleh tiga negara tersebut berdasarkan komposisi kebutuhan.

Untuk Indonesia, kata Sri, pemerintah akan terus melihat dari sisi neraca perdagangan, dari sisi necara investasi dan capital flow dan kebutuhan-kebutuhan ke depan.

Baca juga : Ekspor-Impor Pakai Rupiah, Ringgit dan Baht, Apa Manfaatnya?

"Jadi mendiversifikasikan (mata uang) baik dari sisi utang, maupun dari sisi investsi perdagangan yang tidak tergantung hanya kepada satu negara tujuan atau currency itu memang yang terus kita lakukan," kata Sri Mulyani, usai melakukan tinjauan ke pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, pada Jumat (22/12/2017) bersama Gubernur BI Agus Martowardojo dan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan.

Sri menambahkan, pada dasarnya suatu negara yang memiliki diversifikasi berarti dia memiliki kemampuan untuk bertahan bila ada disruption atau ada shock dari satu pihak.

"Indonesia juga melakukan (diversifikasi), selama ini kita melakukan pada saat situasi ekonominya mengalami ekskalasi. Indonesia melakukan dengan Jepang, Eropa, China sehingga kita memiliki pilihan dan itu adalah sesuatu yang sehat," pungkas Sri.

Manfaat

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam kesempatan yang sama mengatakan, kesepakatan tersebut berguna untuk mengurangi dominasi dollar AS dalam transaksi perdagangan yang masih tinggi. Sehingga, rupiah akan lebih stabil.

Baca juga : 90 Persen Kegiatan Ekspor Indonesia Masih Gunakan Dollar AS

Dia memaparkan, saat ini 94 persen ekspor Indonesia masih menggunakan dollar AS, sementara 76 persen impor Indonesia juga masih dalam dollar AS.

Kemudian, Agus juga bilang bahwa dengan memperkenalkan mata uang rupiah atau ringgit, atau baht akan membuat ketiga negara ini dengan mudah melakukan kegiatan perdagangan ekspor-impor maupun investasi menggunakan mata uang lokalnya.

"Jadi ini mengurangi ketergantungan pada currency yang utama seperti dollar AS," ujarnya usai melakukan kunjungan di pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (22/12/2017).

Selain itu, lanjutnya, tujuan dari kerja sama tersebut adalah untuk diversifikasi mata uang dan untuk mengurangi biaya ekspor impor.

Sehingga, diharapkan para pedagang maupun pelaku ekonomi bisa menerima manfaat yang lebih baik.

Manfaat lainnya, kerja sama penggunaan rupiah, ringgit dan baht ini juga baik untuk pendalaman pasar keuangan sehingga mata uang rupiah atau ringgit dan baht lebih digunakan oleh kalangan sendiri.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menyebut Indonesia telah bangkit melewati masa sulit lemahnya perekonomian global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com