Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2018, Apakah Harga Minyak Bakal Naik?

Kompas.com - 26/12/2017, 08:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak dunia diprediksi bakal terhambat untuk naik pada kuartal I 2018 mendatang. Beberapa penyebabnya antara lain prospek meningkatnya produksi minyak serpih di AS, terhambatnya pergerakan harga, dan risiko geopolitik yang kian memanas.

Mengutip CNBC, Selasa (26/12/2017), direktur dan ekonom senior Longview Economics Harry Colvin menjelaskan, dirinya cenderung tidak terlalu optimis dengan harga minyak pada tiga bulan pertama tahun 2018.

"Meski kita dapat dengan mudah melihat peningkatan ketegangan di Timur Tengah, namun optimisme tampaknya salah ditempatkan hingga enam bulan. Semuanya tampaknya menghadapi hal yang sama terkait minyak saat ini, sehingga harus hati-hati," ungkap Colvin.

Harga minyak dalam sisa tahun 2017 ini telah membaik sebesar sepertiga dari nilainya sejak menyentuh rekor terendah pada Juni 2017.

Baca juga : Harga Minyak Mentah Naik ke Posisi Tertinggi 2,5 Tahun Terakhir

 

Penguatan harga minyak sebagian besar disebabkan pemangkasan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah negara produsen lainnya.

OPEC, Rusia, dan sembilan negara produsen lainnya telah sepakat memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta barrel per hari (bph) hingga akhir tahun 2018.

Namun demikian, Goldman Sachs menyatakan komitmen OPEC untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak dapat mendorong harga minyak pada tahun 2018. Goldman Sachs menaikkan proyeksi acuan harga minyak Brent untuk tahun 2018 menjadi 62 dollar AS per barrel.

Adapun acuan harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) direvisi ke atas menjadi 57,5 dollar AS per barrel. Proyeksi ini lebih tinggi dari proyeksi Goldman Sachs sebelumnya, yakni masing-masing 58 dollar AS dan 55 dollar AS per barrel.

Baca juga : Mobil Listrik Berkembang, Harga Minyak Dunia Bisa Cuma 10 Dollar AS

Sementara itu, Lembaga Administrasi dan Informasi Energi AS (EIA) dan Agensi Energi Internasional (IEA) mengindikasikan adanya permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2018, yakni 1,3 persen ke atas.

Colvin sendiri menyatakan, harga minyak akan dengan mudah naik ke atas 50 dollar AS per barrel pada akhir kuartal I 2018. Namun, ia mengaku tidak akan terkejut apabila kemudian harga minyak kembali turun ke 45 dollar AS per barrel.

Sementara itu, strategist dari Citi Chris Main mengungkapkan, pihaknya memproyeksikan harga minyak akan berada pada level sekitar 57 dollar AS pada akhir kuartal I 2018.

"Pelemahan harga akan mendukung komitmen OPEC tahun depan. Ini akan mendukung upaya Arab Saudi," jelasnya.

Baca juga : Jusuf Kalla Sebut Pengakuan AS atas Yerusalem Picu Harga Minyak Dunia Naik

Arab Saudi adalah pimpinan monitoring kepatuhan pemangkasan produksi minyak OPEC. Negara itu akan memastikan seluruh negara anggota memangkas produksinya dalam 12 bulan ke depan.

Stephen Brennock, analis minyak di PVM Oil Associates menuturkan, pendorong terbesar harga minyak pada kuartal I 2018 adalah perkembangan kondisi geopolitik. Ia menyatakan, hubungan Iran dengan AS dan Arab Saudi adalah risiko yang patut diperhatikan.

"Akan tetapi, hanya masalah waktu sebelum krisis utang Venezuela semakin memburuk dan mempengaruhi produksi minyak anggota OPEC," tutur Brennock.

Kompas TV Ancaman Harga Minyak Dunia

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com