Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Daniel Kwan

IT Practitioner, BI & Analyctic Practitioner, Cryptocurrency-believer, and Blockchain-Enthusiast

Bitcoin Ulang Tahun ke-9, Lantas Hendak ke Mana?

Kompas.com - 03/01/2018, 09:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorPalupi Annisa Auliani

Bitcoin hendak dibawa ke mana?

Satoshi pantas bangga dengan pencapaian bitcoin selama 9 tahun ini. Pertanyaannya, hendak Ke mana bitcoin?

Kejayaan Btc yang fantastis itu memang diiringi banyak tanya, baik dari masyarakat awam maupun para investornya. Euforia Btc dibayangi awan gelap yang datang dari sejumlah fakta.

Selain teknologinya yang bersifat open source—yang rentan mengundang praktik hacking—, misalnya, siapa pihak bertanggung jawab terhadap kinerja Btc? Lalu, akankah Btc dan virtual money lainnya bakalan diterima menjadi alat tukar sah? Bagaimana masa depan Btc? Masih ada sederet pertanyaan lain lagi. 

Semua kekhawatiran itu wajar adanya.

Pertama, tidak ada satu institusi pun yang memiliki otoritas dan bertanggung jawab atas kelangsungan dan kegagalan bitcoin. Fakta ini menyebabkan banyak bank sentral dan pemerintahan kesulitan mengatur dan meregulasikan kebijakan bitcoin di teritori mereka masing-masing.

Beberapa negara bahkan mengambil langkah ekstrem dalam memproteksi perekonomian mereka, termasuk mencegah larinya dana mereka ke negara lain yang lebih dominan dan memiliki cadangan bitcoin lebih banyak. Misalnya, dengan melarang transaksi deposit mata uang fiat ke Crypto Exchanges, meski tetap membiarkan transaksi trading-nya berlangsung.

(Baca juga: Otoritas Moneter Singapura Beri Peringatan Soal Bitcoin )

Negara yang punya keleluasaan cadangan devisa umumnya mengambil langkah yang lebih berani dengan mengalokasikan sebagian cadangan devisanya ke dalam bentuk bitcoin.

Bahkan, ada juga yang terang-terangan mendukung dan mendanai beragam kegiatan guna mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dari bitcoin dan Crypto Currency lainnya. Mereka benar-benar menjadikan ini sebagai peluang investasi, dengan harapan dikemudian hari dapat menambah cadangan devisa negara mereka.

Beberapa negara yang sudah terlanjur masif adopsi bitcoinnya, mulai mengambil langkah lebih maju dalam mengantisipasi dampak negatif. Antara lain dengan mempertimbangkan mengembangkan Crypto Currency mereka sendiri, yang dikelola oleh bank sentral di negara mereka.

Beda lagi dengan negara yang tengah mengalami krisis ekonomi, atau cadangan devisanya terbatas. Di tengah kesibukan mengurusi urusan dalam negerinya, daripada mengalami kebingungan mereka cenderung membiarkan begitu saja, dan seperti tidak berdaya mengelola aktivitas para investor mereka yang gelap mata memburu bitcoin.

Negara-negara yang memiliki cadangan bitcoin terbesar berharap besar pada fenomena transaksi Btc setiap harinya. Sedikitnya akan masuk puluhan milliar dollar AS ke sistem perekonomian negara tersebut.

(Baca juga: Korea Selatan Wajibkan Transaksi Bitcoin Pakai Nama Asli )

Tentu saja, dengan sadar negara-negara ini akan menjaga kondusivitas dari bitcoin, mengampanyekan bitcoin ke seluruh pelosok dunia demi melanggengkan  kelangsungan “bisnis” digital berskala global ini.

Dari sini terlihat, tidak ada satu keseragaman pada negara-negara tersebut dalam pengelolaan bitcoin di Negara mereka.

Kedua, teknologi yang digunakan dalam sistem bitcoin, atau yang lazim dikenal sebagai Blockchain pun masih terus mengalami pengembangan meski sudah dikembangkan sejak 2008.

Walaupun bersifat open source, yang artinya dapat di akses oleh publik, teknologi ini tetap saja mash terhitung rumit dan sulit dipahami oleh banyak praktisi teknologi informasi di mana pun.

Mesin ATM bitcoin di Italia. Gambar diambil pada 11 Desember 2017. AFP PHOTO/PIERRE TEYSSOT Mesin ATM bitcoin di Italia. Gambar diambil pada 11 Desember 2017.

Selama 2017 saja, terjadi beberapa kali hard fork, semacam perbaikan dan pengkinian terhadap sistem Blockchain, yang tujuannya meningkatkan kemampuan dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap teknologi itu sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com