Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Kota Koperasi, Fintech, dan Pendekatan Baru

Kompas.com - 08/01/2018, 07:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorErlangga Djumena

Semua usaha rakyat atau UKM juga bisa menggunakan fintech. Dengan cara demikian, maka “pasar” tak lagi dibatasi kapling masing-masing plang koperasi, melainkan semua untuk semua.

Di Purwokerto hal itu sedang diinisiasi oleh enam koperasi sebagai percontohan. Harapannya layanan kepada anggota menjadi lebih cepat dan responsif. Semua layanan bisa diakses melalui ponsel pintarnya masing-masing.

Berbagai pekerjaan administrasi kantor koperasi juga pada gilirannya akan berkurang. Hasilnya koperasi akan miliki banyak waktu berpikir tentang pengembangan. Di sisi lain, proses sinergi atau kerjasama antar koperasi akan berjalan secara otomatis melalui sistem cloud computation tertentu.

Pada titiknya, semua koperasi mau tidak mau harus mengakselerasi diri dengan fintech. Perubahan zaman yang penuh dengan disrupsi telah mengajarkan masyarakat pada aneka alternatif layanan. Sebagian besar yang telah terhubung dengan internet dan ponsel pintar, merasakan layanan menjadi prima, lebih efisien dan tentu responsif. Koperasi yang tak mau beradaptasi, dipastikan kerdil dan mati, pelan tapi pasti.

Dalam studi kasus Purwokerto Kota Koperasi, fintech merupakan sarana yang menjadi daya ungkit gerakan. Kerja sama antar koperasi sebagaimana dimaklumatkan secara internasional (ICIS, 1995), yakni Prinsip Keenam koperasi, menjadi workable dan produktif.

Mantra kerja sama tak lagi sekedar jargon melainkan agenda yang dibutuhkan. Sebabnya, fintech tak akan maksimal bila hanya satu-dua koperasi yang menggunakannya. Sebagai ekosistem besar, fintech akan nyata dampaknya bila banyak koperasi terhubung satu sama lain. Koperasi dengan koperasi, koperasi dengan anggota, anggota dengan anggota, anggota dengan pelaku usaha (merchand) dan seterusnya.

Kota Koperasi, Pendekatan Baru
Kuotasi Albert Einstein perlu saya kutip ulang. Ia bilang, “Kita tak akan bisa selesaikan masalah dengan cara berpikir yang sama ketika masalah itu terjadi”. Ia bilang, yang harus dilakukan pertama-tama adalah merubah cara berpikirnya atau pendekatannya. Berkali-kali agenda revitalisasi koperasi digalakkan oleh pemerintah, namun hasilnya sama. Sehingga boleh jadi cara pikir dan pendekatan itu perlu dirubah atau digeser.

Kota Koperasi ini dapat menjadi tawaran pendekatan yang berbeda. Obyek perubahan bukan lagi satu per satu koperasi sebagai sebuah perusahaan, melainkan ekosistemnya. Pendekatan ini meletakkan koperasi-koperasi menjadi entitas yang terhubung satu sama lain. Termasuk juga dengan lembaga-lembaga lain seperti kampus, lembaga swadaya masyarakat, BUMDes, Pemda dan lain sebagainya.

Sehingga spirit perubahan yang digaungkan, misalnya lewat agenda revitalisasi, akan mengalami kelembaman karena ekosistemnya tidak berubah. Sebaliknya, dengan merubah ekosistem, maka subyek-subyek, aktor-pelaku yang di dalamnya juga ikut berubah. Pusat gravitasi Kota Koperasi ini tentu saja adalah koperasi sebagai satu entitas dengan medan gravitasi multi pihak dan sektor.

Dengan cara begitu spirit perubahan akan terus terawat. Satu koperasi dengan yang lain saling belajar, memotivasi, menginspirasi dan mentolok-ukur (benchmarking) capaiannya. Hasilnya adalah daya dukung dan daya ungkit melipatkan gandakan energi perubahan tersebut.

Pada hakikatnya Kota Koperasi bukan sekedar program dari atas ke bawah, melainkan gerakan yang menuntut partisipasi-kolaborasi pelaku-pelakunya. Bukan seperti program dimana koperasi menjadi obyek kebijakan, melainkan sebuah gerakan dimana koperasi menjadi subyeknya.

Kota Koperasi perlu bahkan harus digulirkan di kota-kota lain. Menyusul Purwokerto dan Tangerang Selatan, saya berharap Bekasi dapat mengikutinya dimana koperasi buruh dapat menjadi tulang punggungnya. Tasikmalaya perlu mengagendakannya juga. Adanya Tugu Koperasi di sana menjadi modalitas historis untuk menggerakkan masyarakat dan citra kotanya. Tak ketinggalan Kab. Purbalingga sektor industri berkembang pesat, bisa menyontoh Bekasi.

Setiap kota/ kabupaten bisa memulai gerakan Kota Koperasi dengan modalitas yang ada. Bisa melalui sektor mana yang paling kuat, bisa mulai dari jejak sejarah, dari BUMDesnya dan lain sebagainya. Dengan modalitas itu, maka gerakan Kota Koperasi menjadi menjejak serta kokoh.

Pada tahun-tahun mendatang, bayangkanlah lahir Jaringan Kerja Kota Koperasi Bekasi, Jaringan Kerja Kota Koperasi Tasikmalaya dan seterusnya. Anda tak bisa hanya menunggu, Anda harus menginisiasinya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com