Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratu Prabu Bangun LRT Jakarta, Ramai-Ramai Masuk Uang Elektronik, 5 Berita Populer Ekonomi

Kompas.com - 11/01/2018, 07:57 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) merupakan perusahaan yang melantai di bursa efek Indonesia dengan bidang pengelolaan minyak dan gas (migas) serta properti.

Belakangan Ratu Prabu jadi pembicaraan karena perusahaan ini ingin membangun LRT di Jakarta dan mendapatkan sambutan hangat dari sejumlah pejabat pemerintahan.

Baca juga : Luhut Izinkan Ratu Prabu Bangun LRT, asalkan..

Di satu sisi, pemerintah yang memang memiliki keterbatasan anggaran berupaya mengundang swasta masuk untuk turut serta membangun infrastruktur. Pada tahun ini anggaran untuk infrastruktur hanya sebesar Rp 409 triliun.

Itung-itungan Bappenas sendiri menyebutkan jika pemerintah butuh peran swasta hingga 37 persen untuk memenuhi gap kebutuhan infrastruktur dalam 5 tahun ke depan.

Ada sejumlah skema yang dibuat guna menarik investor dari kalangan swasta, seperti Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Dalam skema itu, pemerintah siap memberikan dukungan pada sektor swasta hingga proyek infrastrukturnya selesai.

Kemudian ada skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) diterapkan untuk proyek infrastruktur yang tingkat pengembaliannya tinggi.

Skema PINA ini mendorong partisipasi langsung dalam kepemilikan saham maupun instrumen, yang penting sektor swasta makin besar peranannya di infrastruktur dan bisa menutup gap pembangunan infrastruktur.

Baca juga : Pemerintah Terus Dorong Swasta Investasi Proyek Infrastruktur

Pertanyaannya, dari mana biaya Ratu Prabu untuk membangun LRT? Padahal, Ratu Prabu sendiri bukan perusahaan besar.

Seperti dari informasi keterbukaan saham, sahamnya hanya senilai Rp 50 dan kurang likuid. Sementara kapitalisasi pasar perusahaan ini hanya sebesar Rp 392 miliar.

Pada 2016, penerimaan Ratu Prabu sebesar Rp 210 miliar dengan pendapatan bersih Rp 4 miliar dan margin keuntungan 2,08 persen. Penerimaan dan margin keuntungan Ratu Prabu sendiri terus turun dari sejak 2013 yang berada di kisaran 10 persen.

Di 2016, perusahaan ini mencapai total aset Rp 2,61 triliun dengan debt to assets sebesar 24,54 persen.

Baca juga : Bisnis Migas Lesu, Ratu Prabu Garap Properti

Berita lain yang juga jadi sorotan yakni soal sejumlah perusahaan konglomerasi besar yang tertarik untuk membuat layanan uang elektronik sendiri.

Setelah Lippo Group membangun layanan pembayaran Ovo, kini PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) dan Grup Salim juga tertarik masuk ke bisnis tersebut, seperti dikutip dari Dealstreetasia.com.

Baca juga : Sejumlah Perusahaan Besar Ajukan Izin Terbitkan Dompet Elektronik ke BI

Berikut 5 berita populer Kompas.com di Rabu (10/1/2018) yang bisa Anda baca kembali pagi ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com