Data Inflasi dan Suku Bunga
Inflasi pada tahun 2017 sebesar 3,61 persen sesuai dengan target pemerintah yaitu 4 persen plus minus 1 persen. Untuk inflasi pada tahun 2018, target pemerintah adalah 3,5 persen plus minus 1 persen. Apabila target inflasi ini tercapai, maka ada potensi inflasi pada tahun 2018 akan sama atau lebih rendah daripada tahun sebelumnya.
Angka inflasi yang rendah ini akan membantu bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan atau bahkan menurunkan tingkat BI Rate yang menjadi acuan bunga deposito perbankan dan harga obligasi.
Ketika inflasi dan suku bunga BI Rate stabil di level yang rendah, hal ini akan menjadi indikator positif untuk mendukung kenaikan harga obligasi yang menjadi portofolio reksa dana pendapatan tetap.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga the Fed oleh bank sentral AS berpotensi menyebabkan pelemahan pada nilai mata uang, tidak hanya Rp tapi juga mata uang seluruh dunia.
Jika pelemahan mata uang terjadi secara signifikan, bank sentral di seluruh dunia biasanya dapat melakukan intervensi dalam bentuk operasi pasar menggunakan cadangan devisa atau menaikkan tingkat suku bunga untuk menjaga nilai mata uangnya.
Hal ini menjadi risiko yang perlu diperhatikan bagi investor reksa dana berbasis obligasi apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga.
Kinerja Fundamental Perusahaan
Yang spesifik dimaksud dengan fundamental adalah penjualan dan laba bersih, lebih spesifik lagi pertumbuhannya dibandingkan periode sebelumnya. Dalam teori investasi, dikenal istilah bahwa dalam jangka panjang, harga pasar perusahaan akan mencerminkan fundamental perusahaannya.
Dalam penerapannya, biasanya kenaikan harga saham perusahaan diasosiasikan dengan kenaikan laba bersihnya. Namun pada prakteknya, persentase kenaikan harga saham bisa seiring atau berbeda jauh.
Hal ini membuat terkadang harga suatu saham disebut overvalue (terlalu mahal) atau undervalue (terlalu murah) sehingga menciptakan kesempatan untuk melakukan pembelian dan penjualan.
Pada tahun 2017, terjadi kenaikan pada IHSG dari 5.296 menjadi 6.355 atau hampir 20 persen. Berdasarkan rekapitulasi dari 483 laporan keuangan Kuartal III 2017 di Bursa Efek Indonesia, terjadi kenaikan laba bersih sekitar 17,68 persen dibandingkan periode yang sama sebelumnya.
Angka di atas menunjukkan bahwa kenaikan IHSG pada tahun lalu tercermin dari kenaikan laba bersihnya meskipun untuk saham per saham secara spesifik ada yang over dan undervalue.
Sebagai informasi laporan keuangan tahunan 2017 biasanya baru dipublikasikan sekitar bulan Maret – April 2018.
Untuk tahun 2018, diperkirakan laba bersih perusahaan masih dapat meneruskan tren kenaikan sehingga IHSG masih berpotensi meningkat. Secara umum, proyeksi IHSG dari berbagai media berkisar antara 6600 – 7000. Angka ini bisa tercapai atau terlampaui apabila kenaikan laba bersih perusahaan dapat meneruskan tren pertumbuhan tahun lalu.