Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kualitas Beras, Ini Kata Dirut Bulog

Kompas.com - 22/01/2018, 06:03 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com - Pihak Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menyadari selama ini masyarakat memandang kualitas komoditi dari mereka di bawah rata-rata dari yang beredar di pasaran. Sebut saja dalam hal beras, jika dikeluarkan oleh Bulog, sudah jadi hal umum bahwa orang akan menilai kualitas berasnya tidak sebagus dari pihak lain.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengungkapkan, pihaknya akan fokus mengubah pandangan tersebut dengan sejumlah upaya, terutama dalam hal penanganan beras. Upaya yang akan ditempuh, di antaranya memperbaiki kemasan serta melakukan re-proses dalam rangka mempercantik tampilan beras.

"Saat komoditi disimpan, usianya akan menua dan kualitasnya menurun. Agar mengembalikan kualitas, harus melakukan re-proses," kata Djarot saat menghadiri Media Gathering Perum Bulog di Hotel Aston Cirebon, Jawa Barat, Selasa (16/1/2018) lalu.

Djarot mengatakan, beras yang disimpan di gudang Bulog ada yang memiliki derajat sosoh 95 persen, artinya beras tersebut masih dilindungi oleh bekatul. Bekatul adalah serbuk halus atau tepung yang diperoleh setelah padi ditumbuk dan kulit padi dipisahkan dari bulirnya.

Baca juga : Bulog: Ada Kemungkinan Target Impor 500.000 Ton Beras Tidak Tercapai

Seiring dengan berjalannya waktu, bekatul akan rontok lalu terlihat seperti debu. Sehingga, butuh re-proses dengan mesin supaya beras bisa dipoles ulang dan tampilannya jadi lebih baik.

"Debu bukan debu jalanan ya. Juga bukan soal bahaya atau tidak dikonsumsi, ini soal tampilan, tapi berasnya layak konsumsi," tutur Djarot.

Selain soal debu, ada juga yang namanya beras sayur, yakni beras dengan kadar air di atas 15 persen. Karakteristik beras ini memiliki tampilan yang bagus, warnanya menarik, wangi, dan enak saat dimasak.

Namun, kondisi itu hanya terjadi beberapa minggu pertama saja. Setelahnya, beras sayur akan menguning dan terlihat seperti tidak sebersih beras-beras lain yang berwarna putih.

"Supaya lebih bagus, kami mixing dengan beras yang warnanya lebih bagus, sehingga kuningnya menurun agak keputihan. Bukan untuk memanipulasi masyarakat," ujar Djarot.

Baik beras dengan bekatul dan beras sayur dijamin Djarot tetap sehat berdasarkan hasil uji laboratorium. Djarot turut memastikan pihaknya menambah mesin-mesin untuk mendukung tahapan re-proses, meningkatkan kapasitas infrastruktur, juga memaksimalkan gudang-gudang mereka sebanyak 1.550 unit di seluruh Indonesia.

Kompas TV Diduga karena stok yang melimpah harga bawang merah panen di tingkat petani anjlok hingga mencapai 2.000 rupiah per kilogram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com