JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) mengungkapkan ketertarikan China dan Jepang terhadap biodiesel hasil produksi Tanah Air.
Ketua Umum Aprobi Master Parulian Tumanggor menyebutkan, pemerintah China sudah dua kali bertemu dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto untuk membahas pasokan biodiesel tersebut.
Jika proses tawar menawar berjalan lancar, maka produksi biodiesel Indonesia berpotensi diserap hingga 9 juta kilo liter per tahun.
"Realisasinya kemungkinan di tahun ini. Kalau bisa pakai B5 (5 persen biodiesel, 95 persen petroleum diesel), potensi ekspornya bisa mencapai 9 juta kilo liter," terangnya saat berbincang dengan wartawan di kantor Aprobi, Senin (22/1/2018).
Baca juga: Indonesia akan Lawan Proteksi Biodiesel AS
Dia menambahkan, China memang berniat menggunakan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya biodiesel, sebagai cara untuk mengurangi polusi. Di Negeri Tirai Bambu itu bahan baku untuk membuat biodiesel antara lain diambil dari jagung dan kedelai.
Proses negosiasi pembelian biodiesel antara Indonesia dengan China sekarang dalam tahap pembahasan harga dan skema. Pasalnya pemerintah China menginginkan harga flat atau tetap selama durasi waktu tertentu.
Selain China, negara lain yang tertarik membeli biodiesel adalah Jepang. Negeri Bunga Sakura itu berniat memakai biodiesel bahan bakar pembangkit listriknya, sebagai pengganti nuklir.
"Jepang juga begitu, semua power plant di sana diganti memakai EBT. Mereka sudah tidak mau pakai nuklir lagi, mau ganti pakai B5," ujar Tumanggor.
Serupa dengan China, proses pembelian biodiesel oleh Jepang sedang ada di tahap negosiasi harga dan skema. Negeri Bunga Sakura itu meminta harga biodiesel Indonesia flat atau tetap selama 10 tahun.
"Sekarang kita sedang negosiasi, kalau bisa tiap berapa tahun review harga. Karena sawit ini kan kalau besok harga pupuk naik, akan berpengaruh ke harga sawit," jelasnya.
Sebelumnya, Indonesia juga pernah mengekspor biodiesel ke Amerika Serikat dan Eropa. Namun ekspor tersebut berhenti akibat tarif yang tinggi dan adanya tudingan dumping.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.