Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Berita Populer Ekonomi: Indomie Jadi Alat Kampanye hingga Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia

Kompas.com - 12/02/2018, 06:38 WIB
Erlangga Djumena

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama akhir pekan kemarin beberapa topik menjadi perhatian para pembaca Kompas.com. Di antaranya mengenai Indomie yang menjadi sarana kampanye Presiden di Nigeria, sehingga berita ini menjadi salah satu berita yang terpopuler.

Kemudian juga ada Sri Mulyani yang dinobatkan sebagai Menteri Terbaik Dunia, serta komentar Kementerian Perhubungan terhadap kecelakaan yang menewaskan 27 orang di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat.

Berikut 5 berita terpopuler tersebut:

1. Di Nigeria, Indomie Dijadikan Sarana Kampanye Pemilu - Kompas.com

Politisi Nigeria, Babagana Kingibe, memang menampik ambisinya untuk memenangkan pemilihan presiden di negara tersebut pada tahun 2019 mendatang.

Akan tetapi, warga Nigeria telah dikejutkan dengan munculnya kemasan kardus produk mi instan Indomie bergambar wajah Kingibe.

Mengutip media Nigeria Independent, Jumat (9/2/2018), di kardus tersebut pun terdapat tulisan "Babagana Kingibe untuk Presiden 2019."

Indomie dengan kemasan khusus tersebut hadir dengan gambar wajah sang politisi berukuran besar.

Harganya pun lebih murah dibandingkan harga pasar, yakni 1.500 naira Nigeria per karton. Sementara itu, harga ritel Indomie di pasaran 3.150 naira per karton.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: Indomie, Makanan Sejuta Umat di Nigeria

 

2. Sri Mulyani Jadi Menteri Terbaik Dunia Versi World Government Summit

Menteri Keuangan Sri Mulyani IndrawatiKOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menerima penghargaan sebagai Best Minister in the World Award atau Penghargaan Menteri Terbaik di Dunia dalam acara World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab.

Predikat Menteri Terbaik merupakan penghargaan global yang diberikan kepada satu orang menteri dari seluruh negara di dunia setiap tahunnya.

Berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Keuangan yang diterima Kompas.com pada Minggu (11/2/2018), tertera bahwa penghargaan terhadap perempuan yang akrab disapa Ani itu diberikan langsung oleh pemimpin Dubai, Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum.

Proses seleksi dalam menentukan predikat Menteri Terbaik dilakukan oleh lembaga independen Ernst & Young dan diselenggarakan oleh World Government Summit.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: Gaji PNS Mau Dipotong untuk Zakat, Apa Tanggapan Sri Mulyani?

 

3. BCA Targetkan Akusisi 2 Bank Selesai 4 Bulan Lagi

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja di ICE, Serpong, Tangerang, Jumat (9/2/2018).KOMPAS.com/ PRAMDIA ARHANDO JULIANTO Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja di ICE, Serpong, Tangerang, Jumat (9/2/2018).
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau Bank BCA berencana mengakuisisi dua bank kecil sebagai salah satu target ekspansi tahun ini.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, aksi korporasi tersebut ditargetkan akan selesai pada pertengahan tahun 2018 ini.

"Mudah-mudahan dalam tiga empat bulan ke depan, tapi kan kami harus bikin confidential agreement dulu, lalu kami lakukan audit, kalau sudah oke baru ada aksi korporasi," kata Jahja saat acara pembukaan BCA Expoversary, di ICE BSD Tangerang, Jumat (9/2/2018).

Namun demikian, Jahja belum bisa menyebutkan nama dari kedua bank tersebut yang dijadikan target aksi korporasi BCA yang hingga kini masih dalam kajian internal.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: Netizen Bilang Ada Pajak Transaksi Kartu Debit, Ini Penjelasan BCA

 

3. Peminat Kereta Bandara Rendah, Menhub Pertimbangkan Penambahan Jadwal

Kereta Api Bandara melintas di Stasiun Karet, Jakarta (8/1/2018). KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Kereta Api Bandara melintas di Stasiun Karet, Jakarta (8/1/2018).
Kereta Bandara Soekarno-Hatta hingga saat ini masih memiliki tingkat okupansi penumpang rendah, atau dengan kata lain sepi. Kementerian Perhubungan pun mengaku sedang mempertimbangkan solusi untuk masalah tersebut.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, masalah okupansi yang rendah itu terjadi antara lain disebabkan headway atau interval keberangkatan yang masih terlalu jauh dan soal waktu tempuh.

"Kereta Bandara yang di Jakarta (okupansi) belum maksimal karena dua hal, waktu tempuhnya masih 55 menit dan headway masih ada satu jam serta setengah jam," ujarnya saat ditemui usai Peletakan Batu Pertama di Terminal Penumpang Anak Air, Padang, Sumatera Barat, Jumat (9/2/2018).

Budi Karya menjelaskan, saat ini yang sedang dipertimbangkan sebagai solusi adalah bagaimana mempercepat waktu tempuh Kereta Bandara Soekarno-Hatta.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: Tips Agar Tidak Telat Naik Pesawat Pakai Kereta Bandara dan "Skytrain"


4. Kecelakaan di Tanjakan Emen, Ini Penilaian Dirjen Perhubungan

Tampak antrian kendaraan di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat ,Minggu (11/2/2018). Kendaraan ini menunggu dibukanya jalan yang tengah dilakukan penutupan sementara lantaran sedang dilakukan olah TKP oleh pihak kepolisian untuk mengetahui penyebab kecelakaan bis yang menewaskan 27 orang di jalur rawan tersebut. KOMPAS.com/AGIEPERMADI Tampak antrian kendaraan di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat ,Minggu (11/2/2018). Kendaraan ini menunggu dibukanya jalan yang tengah dilakukan penutupan sementara lantaran sedang dilakukan olah TKP oleh pihak kepolisian untuk mengetahui penyebab kecelakaan bis yang menewaskan 27 orang di jalur rawan tersebut.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menilai, insiden maut di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, bukan karena bus kendaraan pariwisata tidak laik operasi.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menyebutkan, laporan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Barat bahwa kecelakaan yang menewaskan 27 orang itu diduga karena bus pariwisata bertabrakan dengan motor saat melewati Tanjakan Emen tersebut.

"Yang saya dapat dari Dishub, jadi ada motor yang nyalip, kecelakaan, dan masuk kolong, dan kemudian kalau masuk kolong, sopir bus tidak bisa mengendalikan, sehingga terguling," kata dia saat ditemui di Graha Bumi Pala, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (11/2/2018).

Terkait dengan kelaikan bus, Budi menyebutkan,  masa waktu kir bus tersebut masih berlaku sehingga bus tersebut dianggap laik operasi.  Karena itu, kecil kemungkinan penyebab insiden maut tersebut karena masalah pada bus pariwisata.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: Kemenhub: Bus yang Alami Kecelakaan Tanjakan Emen Laik Operasi

 

5. Kisah Asisten Rumah Tangga di China yang Jadi Miliarder

Li GuoqinWEIBO/SCMP.com Li Guoqin
Li Guoqin, seorang asisten rumah tangga asal China, telah mengumpulkan lebih dari 1 juta yuan atau setara dengan 158.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,133 miliar selama bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Perempuan berusia 55 tahun itu bisa membiayai kedua anaknya, laki-laki dan perempuan, hingga menempuh pendidikan ke universitas sampai membelikan kedua anaknya rumah di Beijing dan Wuhan.

Seperti diberitakan South China Morning Post, Li dahulu menerima gaji sebesar 2.000 yuan sebulan untuk pekerjaan sebagai asisten rumah tangga. Kini, bersamaan dengan pengalaman kerjanya selama 13 tahun lebih, tarif Li sebagai asisten rumah tangga sudah mencapai 14.000 yuan dan bahkan 20.000 yuan sebulan jika anak yang dia asuh merupakan anak kembar.

Li biasanya dipekerjakan oleh keluarga di area perkotaan, di mana rata-rata majikannya merupakan ibu yang baru saja melahirkan anaknya. Di China, pada umumnya seorang ibu yang baru saja melahirkan akan tinggal di rumah selama sebulan penuh sebelum kemudian memulai beraktivitas seperti biasanya.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: Bursa Saham AS Rontok, Kekayaan 500 Miliarder Tergerus Rp 1.539 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com