Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang Luar Negeri Alami Kenaikan 10,1 Persen, Masih Wajar?

Kompas.com - 20/02/2018, 17:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal IV 2017 mencapai 352,2 miliar dollar AS atau Rp 4.773 triliun. Angka tersebut tumbuh sebesar 10,1 persen secara tahunan (yoy).

Masih wajarkah jumlah utang luar negeri Indonesia tersebut?

Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun memberikan pandangannya. Dia mengatakan, kenaikan ULN sebesar 10,1 masih dalam batas kewajaran, terlebih karena ULN tersebut digunakan pada sektor produktif.

"Itu sah kita melakukan utang itu,"  ujar Misbakhun saat ditemui di Kantor Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta, Selasa (20/2/2018).

"Untuk bangun infrastruktur, begitu bangun infrastuktur diharapkan nanti akan ada manfaat bagi masyarakat, pergi ke pelabuhan lebih mudah, sektor ekspor akan mencapai target, ruang tunggu mereka untuk mencapai kapal menjadi lebih cepat," lanjut dia.

Baca juga : Bangun Infrastruktur, Utang Luar Negeri Indonesia Naik 10,1 Persen di Akhir 2017

Menurutnya, penggunaan utang untuk sektor produktif akan menopang laju pertumbuhan perekonomian nasional, dan juga dibuktikan dengan upaya pemerintah dalam membayar utang tersebut tepat waktu.

"Pemerintah tidak sekalipun menunda bayar utang, baik itu utang swasta dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) atau bentuk bantuan bilateral, pemerintah sebesar apapun utangnya, pemerintah bisa membayarkan kewajibannya, pemerintah tetap akan menjaga kepercayaan," tambah Misbakhun.

Dia menilai, saat ini ULN bukan lagi diukur dari sisi jumlah utangnya tetapi untuk apa dan mampu tidak pemerintah membayar utangnya. 

Beban Bagi Generasi Mendatang

Ekonom Senior INDEF Drajad H Wibowo memiliki pandangan berbeda. Menurut dia, kenaikan ULN saat ini akan memberikan beban pada generasi mendatang.

Baca juga : Fitch Ratings Naikkan Rating Utang, IHSG Kembali Ukir Rekor Baru

Selain itu, lanjut Drajad, jika alasan pemerintah penggunaan ULN untuk membiayai proyek infrastruktur perlu di evaluasi kembali, sebab, saat ini berbagai proyek infrastruktur tidak memberikan kontribusi besar pada penyerapan tenaga kerja. 

"Tambahan utang banyak untuk infrastuktur dan infrastruktur kita liat rasionya untuk penciptaan kerja kecil sekali, artinya tambahan utang yang bebannya ditanggung anak cucu kita itu sekarang belum produktif dari sisi penciptaan kerja," tegasnya.

Drajad mengungkapkan, sektor konstruksi tercatat hanya mampu memberikan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebesar 134.592 penduduk per tahun atau lebih rendah dibandingkan sektor perdagangan, pergudangan dan jasa akomodasi yang mencapai 1,1 juta per tahun.

Kompas TV Sepanjang 2017 lalu utang luar negeri pemerintah meningkat 14,5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com