Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Wakil PM Malaysia: Indonesia dan Malaysia Melawan Balik Eropa

Kompas.com - 28/02/2018, 07:12 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Musa Hitam menilai upaya pemblokiran serta kampanye hitam terhadap minyak kelapa sawit asal Indonesia dan Malaysia justru menunjukkan bahwa produk perkebunan kedua negara sudah sangat unggul dan dominan.

Kondisi tersebutlah yang kemudian mengusik para pelobi dari industri minyak nabati lain di Eropa, mulai mendengungkan tantangan. Bentuk tantangan itu pun bermacam-macam, mulai dari kampanye hitam hingga penolakan terhadap minyak kelapa sawit produksi Indonesia dan Malaysia.

"Kalau itu disebut perang, atau kompetisi, masalahnya bukan suka atau tak suka. Tapi kompetisi. Nah kompetisi yang besar datang dari lobyist minyak nabati lain," terang Musa saat bincang-bincang usai acara Minamas Scholarship Awards 2018 di Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Dia menambahkan, minyak kelapa sawit sebelumnya bukanlah komoditas penting. Tetapi ketika Indonesia dan Malaysia masuk ke pasar minyak nabati tersebut, karena kondisi tanah serta cuaca kedua negara memang mendukung, maka produknya memiliki kualitas bagus.

Berikutnya, minyak kelapa sawit asal Indonesia dan Malaysia pun mampu menembus pasar di Eropa.

Minyak ini menjadi salah satu bahan yang selalu ada di dalam makanan sehari-hari mereka. Mulai dari biskuit, roti, hingga es krim, semua mengandung minyak kelapa sawit.

Dominasi seperti itu memang mengindikasikan sebuah kesuksesan. Tapi di sisi lain ada pihak yang dikalahkan serta menantang balik.

"Hal paling penting adalah ketika kita mengambil alih (pasar) dari orang asing, menjadi begitu sukses, efisien sehingga pesaing merasa kita telah menjadi ancaman besar bagi minyak konsumsi lain yang dipakai di makanan," imbuh Musa.

Namun menurutnya, kedua negara sama sekali tidak tinggal diam menghadapi kampanye hitam sawit yang dilakukan di negara-negara barat.

Pelan-pelan, dengan bantuan berbagai riset, kedua negara balik melawan dengan menunjukkan kelemahan negara-negara barat. Kelemahan tersebut berupa praktek industri yang berdampak pada pemanasan global.

Selain itu, Indonesia juga sudah menerapkan kebijakan perkebunan kelapa sawit yang mengedepankan keberlangsungan hidup lingkungan. Beberapa di antaranya berupa tidak adanya toleransi terhadap praktek pembakaran lahan, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta kewajiban AMDAL.

Sebelumnya, parlemen Uni Eropa mengajukan usul untuk menghentikan biofuel yang mengandung minyak kelapa sawit pada 2021 mendatang. Penghentian tersebut bakal memberi dampak buruk pada industri kelapa sawit di Tanah Air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Spend Smart
Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com