Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Sebagian Besar Asupan Perut Kita Berasal dari Impor

Kompas.com - 28/02/2018, 18:45 WIB
Pramdia Arhando Julianto,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengaku setuju dengan upaya Menteri Susi Pudjiastuti terus melawan kejahatan pencurian ikan atau illegal fishing.

Menurut Faisal, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah di sektor maritim, Indonesia perlu terus menjaga dan mengawal kedaulatan negara hingga kedaulatan pangan.

Sebab, kekayaan di sektor maritim bisa menjadi tameng atau penolong disaat Indonesia masih ketergantungan bahan pangan impor mulai dari beras hingga gandum.

"Urusan perut kita sudah defisit, lebih banyak impor dari pada ekpsor, karena sebagain besar asupan perut kita berasal dari impor yaitu gandum dan beras," ujar Faisal saat acara bedah buku di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (28/2/2018).

Baca juga : Faisal Basri: Tolong Pemerintah Jangan Grasak Grusuk Bikin Kebijakan

Faisal menegaskan, ketergantungan pangan impor bukan hanya terjadi para era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetapi sudah dimulai era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Apa yang bisa kita andalkan gandum tidak bisa produksi, tidak banyak yang bisa kita harapkan, ngeri saya defisit pangan ini terjadi terus menerus, dan bukan terjadi pada era Jokowi, dan sudah berlangsung era SBY tahun 2008," jelasnya.

Menurut Faisal, pemberantasan illegal fishing juga sebagai upaya Menteri Susi dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Hal ini terlihat dari Nilai Tukar Nelayan (NTN) tahun 2017 tumbuh sebesar 2,57 persen dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 108,24 pada 2016 menjadi 111,01 di tahun 2017.

Baca juga : Faisal Basri: Daya Beli Masyarakat Tidak Melemah, Merosot atau Turun

"Saya enggak habis pikir jika Ibu Susi dibilang bisanya menenggelamkan kapal saja," pungkas Faisal.

Pencurian Ikan

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan, praktik pencurian ikan secara ilegal bukan hanya sekedar pelanggaran hukum, tetapi juga mengancam kedaulatan negara dan perekonomian nasional.

"Dari hasil investigasi kita illegal fishing yang dilakukan oleh kapal asing bukan hanya sekedar pencurian ikan tetapi human trafficking, pengiriman senjata ilegal atau barang ekonomi lainnya dari minuman keras, semen, gula dan segala macam," ungkap Susi.

Susi menegaskan, pelaku pencurian ikan, sering kali tidak hanya mencuri ikan saja, tetapi terkadang juga membawa barang-barang terlarang.

"Tidak membawa ikan saja. Tapi bawa burung, buaya, kura-kura apa saja yang makin dilarang makin mahal harganya. Kedaulatan itu dipertaruhkan," tegasnya.

Kompas TV Presiden Joko Widodo angkat bicara soal silang pendapat antara Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com