WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menyatakan bakal menandatangani aturan pengenaan tarif impor baja sebesar 10 persen dan tarif impor alumunium sebesar 25 persen. Kebijakan itu akan ditekennya pekan depan.
Kebijakan tersebut menuai banyak kritik dari beragam pihak, termasuk kalangan analis, eksekutif, dan politisi. Mereka mencemaskan dampaknya yang sangat luas terhadap industri, namun kebijakan itu menguntungkan produsen baja dan alumunium dalam negeri AS.
Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo menjelaskan, kebijakan tarif tersebut akan menyebabkan gangguan pada perdagangan. Bahkan, pada akhirnya bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Pada akhirnya juga bisa berdampak pada hilangnya pekerjaan," jelas Ciobo seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (2/3/2018).
Baca juga : Trump Bakal Kenakan Tarif Impor Baja, China Tebar Ancaman
Asosiasi Industri Besi dan Baja China marah atas kebijakan Trump tersebut. Menurut Li Xinchuang, wakil pimpinan asosiasi tersebut mengungkapkan, kebijakan tarif impor tersebut adalah kebijakan proteksionisme yang bodoh.
"Ini hanya akan membuat AS semakin lemah, bukannya semakin kuat. Kebijakan overproteksionisme AS hanya akan membuat biaya konsumen meningkat," terang Li.
Sementara itu, lembaga pemeringkatan Moody's Investors Service menyatakan, penetapan tarif impor itu akan memberikan dampak yang besar bagi pengguna bahan metal di AS. Perusahaan manufaktur di AA akan menghadapi biaya impor yang tinggi.
"Ini termasuk perusahaan kedirgantaraan, produsen otomotif, perusahaan alat berat, perusahan pemurnian minyak, perusahaan manufaktur kimia, perusahaan konstruksi, dan perusahaan ban kendaraan bermotor," ungkap Atsi Sheth, direktur pelaksana Moody's Investors Service.
Baca juga : Trump: Jutaan Lapangan Kerja Tercipta, Pengangguran Berkurang
Australia & New Zealand Banking Group Ltd menyatakan, rencana pengenaan tarif impor akan menekan pertumbuhan ekonomi dan memberatkan sektor terkait. Ekspor baja ke China pun relatif kecil, yakni hanya 2 persen dari total ekspor.
Namun demikian, untuk alumunium, China menyediakan 10 persen impor AS. Hal ini pada akhirnya dapat memberikan dampak pada harga.