Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyulap Lahan Kosong menjadi Tambak Udang Vaname

Kompas.com - 06/03/2018, 21:30 WIB
Masriadi ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com Langit begitu cerah di Desa Meunasah Masjid, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Selasa (6/3/2018).

Di sudut lorong desa itu, Miswardi duduk bersama teman-temannya di sebuah pondok. Di depannya membentang dua petak tambak membentang luas.

Sebelumnya, lokasi itu hanya tanah kosong. Miswardi bersama teman-temannya menyulap lahan kosong itu menjadi tambak dengan menggunakan alas terpal plastik berwarna hitam.

Kincir air berputar saban hari di sekitar tambak. Bagian samping, dipasang jaring hitam agar tak masuk binatang lainnya. Siang itu, dia baru saja rehat setelah berkeliling tambak. Dia menebar udang vaname di tambak tersebut.

Sebuah gubuk disiapkan bukan hanya sekadar tempat istirahat, namun juga tempat menginap untuk menjaga udang.

“Ya, khawatir juga kan ada pencuri,” kata pegawai negeri di Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara itu.

Budidaya udang vaname memang opsi bertani tambak dengan lahan terbatas. Namun, sambung Miswardi, butuh kesabaran merawat vaname.

“Misalnya soal air, harus steril. Ditambah lagi harus gunakan kincir air, agar selalu air segar di tambak. Namun, bagi saya, ini tambahan penghasilan,” sebutnya.

Untuk ukuran tambak 6.000 meter persegi, Miswardi menggelontorkan modal dasar sekitar Rp 50 juta. Uang itu bukan hanya untuk kebutuhan tambak, namun juga untuk kebutuhan pondok dan biaya jaga malam.

Untuk bibit, dia mendatangkan langsung dari Jawa Timur. Udang vaname baru bisa dipanen 120 hari setelah ditabur ke kolam. Diperkirakan, dalam rentang waktu 120 hari tersebut, 1 kilogram terdapat 50 ekor udang.

“Kami anggap sajalah harga jual termurah itu Rp 85.000 per kilogram. Dengan dua tambak itu, saya duga ada dua ton udang. Ya sekitar Rp 160 juta lah sekali panen,” sebutnya.

Dia menyebutkan, itu, untuk pengembangan tambak tersebut, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unimal turut terlibat.

Ketua LPPM Unimal, Yulius Dharma, menyatakan pengembangan vaname menjadi solusi bagi masyarakat kota tetap bisa bertani.

“Kami ajak juga kawan-kawan ahli udang untuk menjadikan lahan ini sebagai pusat penelitian. Jadi, bukan hanya laba, ini juga bisa tempat praktik mahasiswa,” sebutnya.

Matahari kian tergelincir ke barat, Miswardi masih berada di kolam tersebut. Menyaksikan kincir terus berputar, memelihara harapan, agar vaname hidup tanpa gangguan hama, dan mendatangkan rupiah untuk keluarganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com