Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

VUCA dan Dunia yang Tunggang Langgang

Kompas.com - 12/03/2018, 11:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


DALAM ranah bisnis, kata yang paling banyak dibahas pada era kekinian adalah VUCA. Ketika teknologi informasi begitu digdaya ber-revolusi dan digitalisasi menjadi anak kandungnya, dunia (bisnis dan umum keseluruhan) mengalami keadaan yang penuh gejolak (Volatility), tidak pasti (Uncertainty), rumit (Complexity), dan serba kabur (Ambiguity).

Alhasil VUCA menggeser dominasi dua kata magis yang selama puluhan tahun menjadi pola pikir bisnis: efektivitas dan efisiensi.

Kondisi VUCA dampaknya begitu kentara. Media cetak, angkutan, penginapan, tiketing untuk berbagai keperluan, pertokoan, hingga gaya hidup yang disebut konvensional semua mengalami gejolak dan ketidak-pastian luar biasa.

Sampai saat ini model bisnis usaha konvensional tersebut mengalami transformasi yang belum ditemukan bentuk pastinya.

Sementara yang berubah dalam bentuk digital ataupun yang memang sejak lahir sudah memiliki DNA digital,  masih mendapat kucuran dana maha besar yang entah sampai kapan menemukan titik baliknya.

Pun teknologi (komunikasi) yang diharapkan mempermudah kehidupan, justru pada banyak kasus menimbulkan kerumitan dan kekaburan baru yang tidak ditemukan dalam era manual. Rumor yang tercipta bisa memporak-porandakan tatanan yang sudah lama ada.

Dalam bisnis, bangunan produk dengan merek yang kokoh dan sudah berumur panjang, bisa runtuh karena rumor yang dihembuskan seseorang dari gawainya.

Rumah makan tanpa sertifikat halal, makanan mengandung bahan kedaluwarsa hingga proses pembuatan roti yang ternyata ada sarang tikusnya, merupakan contoh paling aktual  berita yang serba kabur yang akhirnya diyakini sebagai sebuah kebenaran.

Alhasil pemilik usaha tersebut harus berjibaku mengatasi rumor tersebut.

VUCA memang membuat dunia bisnis tunggang langgang. Banyak profesi lama bertumbangan. Pun muncul profesi baru yang pada dekade lalu tidak terpikirkan. Aneka bisnis yang dijalankan dengan konvensional, harus bersahabat dengan wilayah digital.

Bisnis yang sejak awal didesain dengan platform digital, sangat rentan terdisrupsi dengan penemuan-penemuan baru yang lebih canggih sekaligus lebih murah. Pada ujung yang lain, perilaku konsumen mengalami perubahan signifikan. Konsumen memiliki banyak pilihan, sekaligus memiliki aneka keinginan dan kebutuhan yang sebelumnya tidak ada.

Dalam guncangan VUCA, ada satu yang tidak tergantikan; kepemimpinan. Peran pemimpin pada semua tingkat jabatan menjadi signifikan untuk bersiasat mengendalikan dunia yang tunggang langgang ini. Sang pemimpin harus memiliki tiga kompetensi guna sukses berselancar dalam gelombang VUCA.

Pertama adalah Visi. Keadaan yang penuh gejolak (volatility) hanya bisa diredam apabila pemimpin memiliki visi yang jelas dan sederhana untuk diwujudkan.

Pemimpin yang sukses

Adalah Hasnul Suhaimi sebagai contoh paripurna pemimpin yang memiliki visi demikian ini. Ketika diangkat menjadi CEO di XL pada September 2006, ia langsung mengampanyekan visinya kepada seluruh karyawan. Visi itu diramu dalam formulasi yang sederhana; 123.

Mantan Presiden Direktur XL Hasnul SuhaimiAditya Panji/KompasTekno Mantan Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com