Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentuk Layanan Keuangan, Grab Gandeng Perusahaan-perusahaan Indonesia Ini

Kompas.com - 13/03/2018, 18:22 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com - Perusahaan teknologi penyedia layanan transportasi dan "on demand" Grab meluncurkan layanan keuangan terintegrasi di bawah naungan Grab Financial. Layanan ini memadukan beberapa aspek, termasuk di dalamnya adalah layanan keuangan (financial services) dan layanan berbasis agen (agent network).

Head of GrabPay Jason Thompson menuturkan, layanan berbasis agen memungkinkan optimalnya layanan "offline-online" (O2O) dan sebaliknya. Grab pun menargetkan untuk meraup kelolaan dana sebesar 200 miliar dollar AS pada tahun 2025 mendatang.

"Tujuan dari layanan keuangan ini adalah mengakselerasi inklusi keuangan," kata Thompson pada acara Money 20/20 Asia di Marina Bay Sands Expo Center, Singapura, Selasa (13/3/2018).

Thompson menyatakan, untuk menghadirkan layanan keuangan berbasis agen ini, Grab menggandeng dua perusahaan dari Indonesia, yakni PayTren dan Kudo. Layanan ini akan diekstensifkan dengan adanya 2,5 juta lebih agen.

Baca juga : Grab Luncurkan Layanan Keuangan Terintergrasi di Asia Tenggara

Dalam situs resminya, Grab menyepakati kerja sama dengan kedua perusahaan tersebut pada 13 Desember 2017 lalu. Grab menyatakan, kerja sama ini memungkinkan PayTren dan Grab mengombinasikan kekuatan mitra dan mitra pengemudi.

Pada akhirnya, kerja sama ini akan membentuk jaringan yang terdiri atas lebih dari 3 juta pengusaha mikro. Kerja sama antara Grab dengan PayTren akan memberikan kesempatan bisnis lebih besar bagi pengusaha mikro dengan adanya layanan keuangan "online."

Mulai Januari 2018 lalu, mitra-mitra PayTren di Indonesia bisa merekrut mitra pengemudi Grab dan memperoleh penghasilan tambahan. Ini artinya, bagi Grab, adalah kesempatan lapangan kerja yang lebih besar.

Adapun aplikasi PayTren diintegrasikan dengan platform Kudo yang telah lebih dulu dimiliki oleh Grab. Akhirnya, rekrutmen mitra pengemudi Grab bisa dimungkinkan sebagai layanan tambahan pada aplikasi PayTren.

"Ekonomi digital Indonesia terus meningkat dengan pesatnya tingkat adopsi internet, namun masih banyak masyarakat Indonesia yang belum diuntungkan dengan kesempatan ekonomi ini karena mereka tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal seperti rekening bank," tulis Grab.

Model bisnis platform teknologi seperti PayTren dan Kudo, tulis Grab, terbukti sukses. Selain itu, karena rekrutmen pengemudi Grab menjadi salah satu layanan tambahan pada Kudo, maka agen-agen Kudo memperoleh tambahan penghasilan hingga 30 persen per bulan.

Grab melalui GrabPay pun menyepakati kerja sama dengan OVO milik Lippo Group pada Desember 2017 lalu. Dalam pernyataannya, Grab menyatakan kerja sama dengan OVO dimaksudkan untuk mengembangkan platform pembayaran mobile yang mendukung kenyamanan dan kemudahan bagi konsumen.

Bagi kedua belah pihak, kerja sama ini memiliki manfaat masing-masing. Bagi OVO, kerja sama dengan Grab memungkinkan peningkatan basis pengguna, sementara bagi Grab kerja sama memungkinkan informasi terkait pembayaran lokal yang dibutuhkan.

Dalam kerja sama tersebut, uang elektronik GrabPay dapat dilakukan dengan menggunakan OVO. Adapun OVO sudah mengantongi izin layanan uang elektronik dari Bank Indonesia (BI) pada 22 Agustus 2017 lalu.

Thompson menuturkan, kerja sama antara GrabPay dengan OVO adalah terkait layanan keuangan. Tujuannya, imbuh dia, antara lain adalah untuk mempercepat peningkatan inklusi keuangan.

"Ini adalah eksosistem pembayaran mobile terpadu dan terbesar di Indonesia," ujar dia.

Kompas TV Mulai 1 Februari, aturan tentang operasional angkutan sewa khusus atau online berlaku.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com