Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Kertas Dunia Naik, Saham Bubur Kertas Semakin Menjanjikan

Kompas.com - 19/03/2018, 14:27 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Setelah selama 10 tahun terakhir industri kertas mengalami tekanan akibat era digitalisasi yang menguasai pasar global membuat kebutuhan akan kertas menurun, masa-masa suram tersebut mulai digantikan dengan tren peningkatan akan kertas dengan maraknya industri e-commerce.

Selama 10 tahun terakhir kebutuhan akan kertas di seluruh dunia menunjukkan trend penurunan baik kertas yang dipakai untuk koran, menulis atau kertas cetak lainnya karena orang-orang sudah bisa membaca berita, buku atau majalah secara online, demikian juga untuk kebutuhan tulis-menulis sudah digantikan oleh penggunaan email atau teknologi digital lainnya.

Turunnya kebutuhan kertas untuk cetak dan tulis-menulis ini, berbanding terbalik dengan konsumsi akan kertas tisu dan kemasan seiring dengan semakin maraknya jual-beli online atau e-commerce.

Baca juga : Cerita Satpam Berinvestasi Saham hingga Bisa Kuliahkan Adiknya

 

Data FAO memperlihatkan sejak 2006 hingga 2016 secara rata-rata konsumsi kertas cetak dunia turun atau negatif 4,6 persen, sedangkan konsumsi kertas untuk kebutuhan tulis-menulis secara rata -rata turun atau negatif 1,3 persen.

Sedangkan konsumsi tisu selama 10 tahun terakhir memperlihatkan kenaikan rata-rata sebesar 2,8 persen dan konsumsi kertas kemasan tumbuh rata-rata sebesar 2,3 persen.

''Kedepan kebutuhan akan tisu di dunia akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya gaya hidup masyarakat demikian juga permintaan akan kertas kemasan akan semakin besar karena orang semakin menyukai belanja secara online,'' kata Analis Bahana Sekuritas Gregorius Gary melalui keterangannya. 

Peningkatan permintaan kertas kedepan, terutama akan didorong oleh China yang menguasai 26 persen dari total konsumsi kertas dunia. Sementara, konsumsi per kapita China untuk kertas tisu masih sangat rendah yakni sekitar 7 kg per kapita, bandingkan dengan Amerika Serikat sekitar 22 kg per kapita, Eropa sekitar 17 kg per kapita dan Jepang sekitar 14 kg per kapita.

Baca juga : Keluarga Tahir Borong Saham, Ini Kata Sentul City

Konsumsi kertas kemasan China baru sekitar 50 kg per kapita, bandingkan dengan Amerika Serikat sekitar 128 kg per kapita, Jepang sekitar 91 kg per kapita, Eropa sekitar 78 kg per kapita. Sehingga diperkirakan ruang peningkatan permintaan atas tisu dan kertas kemasan dari China masih akan terus naik. Sementara itu, dari sisi ketersediaan bahan baku dan produksi bubur kertas di China lebih rendah dari sisi konsumsi.

Data memperlihatkan sejak 2006 hingga 2016, produksi bubur kertas di China meningkat dari sekitar 52 juta ton menjadi sekitar 79 juta ton, sedangkan konsumsi meningkat lebih cepat dari sekitar 60 juta ton menjadi sekitar 97 juta ton, sehingga kedepan diperkirakan defisit akan semakin lebar.

Indonesia dan Brazil

 

Untuk menutupi defisit ini, China terus melakukan impor bubur kertas, terutama dari Indonesia dan Brazil.

Ke depannya, Gary menilai bahwa Indonesia dan Brazil akan semakin diuntungkan karena hingga saat ini cuma dua negara ini yang masih dapat meningkatkan jumlah produksinya dan memiliki biaya produksi lebih murah dibandingkan negara lain.

''Pemerintah China juga dalam dua tahun terakhir semakin gencar melarang produksi kertas dengan menggunakan limbah kertas, ini akan semakin memberi dampak positif bagi industri bubur kertas di Indonesia,'' ungkap Gary, karenanya Bahana Sekuritas memberi rekomendasi Beli untuk saham PT Indah Kiat Pulp and Paper dengan target harga Rp 16.000 per lembar.

Sekuritas milik negara ini memperkirakan harga bubur kertas masih akan naik hingga 2019, dari kisaran harga 636 dollar AS per ton pada 2017 atau naik sekitar 26 persen secara tahunan. 

Kenaikan ini dipengaruhi oleh beberapa hal utama yakni diperkirakan belum akan ada tambahan kapasitas produksi di dunia sepanjang tahun ini. 

Hal ini terjadi setelah grup Asia Pulp and Paper (APP) milik Sinarmas meningkatkan kapasitas produksi anak usahanya PT OKI dan juga peningkatan kapasitas produksi pabrik Fibria di Brazil, karena untuk membuka pabrik atau industri baru biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat tahun.

Pemerintah China juga masih akan melanjutkan kebijakan menjaga lingkungan hidup dengan banyak pengetatan termasuk melarang impor limbah kertas, yang pada akhirnya akan berdampak pada turunnya kapasitas produksi bubur kertas, padahal diperkirakan konsumsi kertas di China akan terus meningkat.

Bahana memperkirakan laba bersih PT Indah Kiat akan naik menjadi 545 juta dollar AS pada akhir 2018, atau naik sekitar 32 persen dibanding perkiraan akhir tahun lalu sekitar 412 juta dollar AS.

Bila pada tahun ini kenaikan harga bubur kertas sama dengan tahun lalu sebesar 26 persen ke kisaran 800 dollar AS per ton, laba bersih ini sangat mungkin naik sekitar 45 persen ke kisaran 596 juta dollar AS.

 

Kompas TV Dalam sebulan terakhir, dana asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp 11,59 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com