Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Sumbawa Ingin Kedelai Jadi Komoditas Andalan

Kompas.com - 20/03/2018, 07:05 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

SUMBAWA, KOMPAS.com - Kabupaten Sumbawa berencana mengembangkan budidaya kedelai tahun ini. Sebelum jagung menjadi primadona di kabupaten ini, kedelai pernah merajai tanah Sumbawa.

Beberapa tahun lalu, kedelai Sumbawa sempat diekspor ke Hongkong dan sejumlah negara lainnya. Kini, kedelai tak lagi menjadi komoditas andalan.

Komoditas utama Sumbawa adalah jagung dan beras. Bahkan, pemerintah daerah menargetkan ekspor jagung tahun ini sejumlah 35.000 ton. Sebanyak 11.500 ton jagung diekspor dari Pelabuhan Badas, Sumbawa, ke Filipina Selasa (20/3/2018).

"Dengan masuknya jagung, kedelai tergantikan. Harga jagung bagus, itu yang bisa menguntungkan petani," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa, Tarunawan, di kantornya, Senin (19/3/2018).

Lahan-lahan kering akan dimanfaatkan untuk menanam kedelai. Dari 258.000 hektar lahan yang tersedia, saat ini petani baru memanfaatkan seluas 125.000 hektar.

Model relay planting bakal diterapkan di Sumbawa. Menurut dia, petani sulit mengandalkan sistem pertanian monokultur. "Bisa dipacu untuk jagung dan kedelai dengan model relay planting," ujarnya.

Pasar dan harga

Budidaya kedelai di Sumbawa menemui sejumlah kendala, utamanya pasar dan harga. Berbeda dengan jagung, harga kedelai saat panen tidak menentu.

Selama ini, hasil panen kedelai hanya diserap oleh pihak swasta. Harga kedelai, ia melanjutkan, ditentukan sepenuhnya oleh pihak swasta yang membeli kedelai petani. Akibat mekanisme itu, kedelai rakyat dibeli dengan harga yang sangat murah.

Saat panen tiba, harga kedelai hanya berkisar Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kilogram. "Petani siap memproduksi kedelai, tetapi dijamin tidak pemerintah akan membeli? Selama ini dibeli swasta," ujarnya.

Tarunawan menjelaskan, pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan telah mengatur harga pembelian kedelai yakni Rp 8.000 per kilogram. Sayangnya, penetapan harga tidak disertai penyerapan hasil panen petani.

Selama Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak mampu menyerap hasil panen, ia melanjutkan, petani tidak berani membudidayakan kedelai.

"Bulog enggak siap menyerap. Petani itu kan mengharapkan Bulog yang membeli. Sehingga ada rangsangan terhadap petani," katanya.

Kembangkan holtikultura

Secara umum, petani Sumbawa membudidayakan tanaman pangan. Pemerintah daerah berencana mengajak petani untuk mengembangkan hortikultura, khususnya bawang merah dan bawang putih.

Budidaya bawang merah, ia melanjutkan, bukanlah hal baru bagi petani Sumbawa. Pada 2019, Dinas Pertanian Sumbawa berencana menjadikan Sumbawa menjadi salah satu daerah penghasil benih bawang merah untuk Indonesia timur.

Sedangkan, bawang putih belum pernah dibudidayakan masyarakat Sumbawa. Guna merealisasikan rencana itu, pemerintah daerah telah menyiapkan lahan seluas 100 hektar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com