BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan ada kenaikan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, dari yang semula 5,5 miliar dolar AS jadi 5,9 miliar dolar AS.
Hal itu disebabkan oleh tambahan satu terowongan sehingga biaya yang diperlukan pun bertambah.
"Tadinya di sini enggak dibangun tunnel (terowongan), sekarang jadi ada dua tunnel karena setelah dihitung dan dilihat, memang lebih baik ada tunnel. Pemanfaatan lahan juga lebih bagus karena nanti ini akan jadi kota baru," kata Rini di tengah kunjungannya ke lokasi proyek kereta cepat di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (21/3/2018) siang.
Pembangunan terowongan yang dimaksud adalah untuk memperlancar laju kereta dari Jakarta, menimbang kondisi di Bandung Barat yang akan dibangun Stasiun Walini dikelilingi bukit.
Baca juga : Pinjaman dari China untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung Baru Dipakai Akhir April
Pengerjaan terowongan itu juga berbeda dengan yang sedang dikerjakan juga di area Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, karena karakteristik tanahnya yang khas.
"(Mengerjakan) terowongan di sini lebih memakan waktu karena harus mengeluarkan airnya dulu, tanahnya lunak, sehingga sistemnya beda dengan yang ada di Halim," tutur Rini.
Meski mengalami kenaikan biaya proyek, Rini membantah jika anggarannya membengkak. Hal itu dikarenakan kenaikan biaya untuk terowongan sudah dipertimbangkan sejak lama dan dia meyakini hal tersebut tidak mempengaruhi jalannya proyek ini secara keseluruhan.
Proyek kereta cepat tidak dibiayai sama sekali dari anggaran negara, namun dari modal yang disetor konsorsium BUMN Indonesia dan China ditambah dana pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Baca juga : Menteri BUMN: Pengerjaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mulai Bulan Depan
Total pembiayaan proyek tersebut mencapai 5,9 miliar dolar AS, di mana 25 persennya berasal dari modal konsorsium Indonesia dan China, dan 75 persen selebihnya dari pinjaman.
Pengerjaan proyek kereta cepat tersebut akan digencarkan mulai April mendatang. Rini menargetkan, proyek ini bisa rampung hingga tahap commissioning atau uji coba operasional tahun 2020.