Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja "Online" Masih Kalah dengan Belanja "Offline", tapi...

Kompas.com - 22/03/2018, 18:07 WIB
Josephus Primus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada kenyataannya, cara belanja dengan memanfaatkan teknologi digital dalam jaringan (online) masih kalah jauh ketimbang cara belanja langsung yang karib disebut offline. Cara belanja online yang dianggap kekinian itu masih terbilang belia usianya dan masih kalah bersaing dengan cara offline yang berusia jauh lebih tua.

"Belanja offline dari segi transaksi dan value mendominasi perekonomian Indonesia karena kategori belanja ini banyak sekali," tutur Business Development Director Snapcart Asia Pasifik Felix Sugianto, hari ini, bersama Chief Revenue Officer Snapcart Asia Pasifik Soon Lee Lim, saat memaparkan survei terkini Snapcart bertajuk Perilaku Belanja Online di Indonesia.

Setahun silam, dalam catatan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, baru ada 50 juta orang di Indonesia yang senang berbelanja online alias dalam jaringan (daring).

Kendati begitu, pihak yang terkait dengan belanja daring bergerak cepat untuk makin mengembangkan belanja online ke berbagai kalangan, terlebih pembelanja berusia muda, menggunakan teknologi digital terkini.

Dalam surveinya, Snapcart, kata Felix menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR). Teknologi ini menjaring 6.123 responden. Survei berlangsung sebulan yakni pada Januari 2018.

Sasaran


Survei online Snapcart pada Januari 2018 menjaring 6.123 responden yang mewakili seluruh Indonesia. Pembelanja rutin e-commerce mayoritas kaum perempuan sebanyak 65 persen.Kompas.com/Josephus Primus Survei online Snapcart pada Januari 2018 menjaring 6.123 responden yang mewakili seluruh Indonesia. Pembelanja rutin e-commerce mayoritas kaum perempuan sebanyak 65 persen.

Sejatinya, belanja online di masa-masa mendatang bakal berkembang pesat. Mari menilik catatan dari Google Indonesia yang merilis datanya setahun silam.

Tercatat, pasar online Indonesia memiliki rerata pertumbuhan 26 persen per tahun. Menurut Country Industri Head Google Indonesia Hengky Prihatna per 2025 pasar online Indonesia bisa menyentuh angka 81 miliar dollar AS.

Lantas, dengan rerata peningkatan jumlah pembaca 21 persen tiap tahunnya, pada 2025 pula, di Indonesia ada 119 juta pembelanja.

Sementara itu, survei Snapcart memberikan tiga catatan agar keberhasilan belanja online bisa mencapai sukses. Pertama, belanja online harus  menyasar khalayak yang tepat, misalnya, perempuan.

Kedua, belanja online juga ditantang untuk menentukan channel-channel komunikasi yang efektif. Ketiga, belanja online juga harus berkonsentrasi untuk mengetahui  wilayah berpotensi. Hal ini penting karena wilayah berpotensi dapat menyumbang pertumbuhan. (Baca: 80 Persen Konsumen Belanja Online Orang Muda dan Wanita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com