Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkeu: Pelemahan Rupiah Berdampak Positif ke APBN

Kompas.com - 26/03/2018, 15:47 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat (AS), menurut kurs tengah Bank Indonesia, mencatat pelemahan ke level Rp 13.780 pada pekan lalu.

Dalam sepekan lalu, rupiah melemah 0,11 persen. Sementara, dalam UU APBN 2018, target nilai tukar rupiah sebesar Rp 13.400 per dollar AS.

Mengutip Kontan.co.id, Senin (26/3/2018), Kementerian Keuangan (Kemkeu) melihat bahwa hal ini tak selamanya buruk bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Direktur Jenderal Anggaran Kemkeu Askolani mengatakan, dari segi APBN, justru depresiasi rupiah punya dampak positif.

Pemerintah menetapkan defisit APBN 2018 di level 2,19 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), atau lebih rendah dari realisasi tahun lalu yaitu 2,49 persen.

“Kalau dari sisi APBN, depresiasi itu agak positif dampaknya secara total. Jadi malah bisa mengurangi defisit ke APBN,” kata Askolani di kantornya, Senin (26/3/2018).

Askolani menjelaskan, depresiasi rupiah ini sama dengan kenaikan harga minyak dunia, yakni efeknya bisa positif ke APBN, terutama dari penerimaan minyak dan gas (migas), Pajak Penghasilan (PPh) migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), serta bea masuk dan bea keluar.

“Dia bisa menambah sisi pendapatan yang punya dampak valas, yaitu penerimaan migas. Itu lumayan valasnya,” ujar dia.

Meski demikian, terhadap pengeluaran, ada beberapa pos belanja negara yang akan naik, misalnya belanja dalam mata uang asing, pembayaran bunga utang luar negeri, subsidi energi, dan transfer ke daerah berbentuk dana hasil migas

“Di belanjanya itu dampaknya subsidi energi ada kena valasnya plus bunga utang. Lalu, di penarikan pinjaman itu positif, tapi pembayaran pokok bunga negatif,” jelasnya.

Adapun menurut dia, hingga saat ini belum terlihat bahwa pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini memiliki risiko fiskal. Askolani mengatakan, pihaknya tidak melihat pelemahan rupiah ini secara jangka pendek, tetapi jangka panjang, yakni selama setahun.

“Kami tidak melihatnya jangka pendek. Rupiah melemah tapi periodenya belum tahu berapa lama. Bisa mingguan dan bulanan. Ini masuk dalam pemantauan pemerintah tapi kami tetap hitung sampai 12 bulan,” ujar dia.

Ia melanjutkan, angka pasti dari indikasi dampaknya ke APBN baru akan dilihat pada bulan Juli nanti, yakni saat Kemkeu menyampaikan laporan semester ke DPR RI.

“Nanti di sana akan kelihatan indikasi enam bulan itu berapa sehingga dari situ kami bisa hitung berapa sih persisnya setahun kalau sisa 6 bulan lagi,” ucap Askolani.

Pagi tadi di Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor) menunjukkan rupiah menguat tipis ke Rp 13.776 per dollar AS.

Nilai tukar rupiah menguat 0,03 persen ketimbang akhir pekan yang ada di level Rp 13.780 per dollar AS. Meski menguat, kurs rupiah ini masih lebih lemah ketimbang sepekan lalu yang ada di Rp Rp 13.765 per dollar AS. (Ghina Ghaliya Quddus)

Berita ini diambil dari Kontan.co.id dengan judul: Kemkeu belum lihat risiko fiskal dari pelemahan rupiah saat ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com